Imam Hasan AS meriwayatkan," Aku belum pernah melihat
seorang wanita yang lebih alim daripada ibuku. Ia selalu melakukan solat
dengan begitu lama sehingga kakinya menjadi bengkak." Imam Hasan AS
juga meriwayatkan:
"
Aku melihat ibuku, Fatimah berdiri solat pada malam Jumaat. Beliau
meneruskan solatnya dengan rukuk dan sujud sehingga subuh. Aku mendengar
beliau AH berdoa untuk kaum mu'minin dan mu'minah dengan menyebut
nama-nama mereka. Beliau berdoa untuk mereka semua tetapi beliau AH
tidak berdoa untuk dirinya sendiri. "Ibu," Aku bertanya kepada beliau
AH. "Mengapa ibu tidak berdoa untuk diri sendiri sebagaimana ibu berdoa
untuk orang lain?" Beliau menjawab," Anakku, (berdoalah) untuk
jiran-jiranmu diutamakan dan kemudian barulah dirimu sendiri."[Bihar
al-Anwar, Jilid 43, hlm.81-82; Abu Muhammad Ordooni, Fatimah The
Gracious, hlm.168-169;Sayyid Abdul Razak Kammoonah Husseini, Al-Nafahat
al-Qudsiyyah fi al-Anwar al-Fatimiyyah, Juzuk 13, hlm.45]
Asma' binti Umays meriwayatkan:
Asma' binti Umays meriwayatkan:
"
Pada suatu ketika aku sedang duduk-duduk bersama Fatimah AH apabila
Nabi SAW datang. Beliau SAW melihat Fatimah AH memakai rantai di
lehernya yang telah diberikan oleh Ali bin Abi Talib AS dari bahagiannya
yang diambil daripada harta rampasan perang." Anakku", beliau SAWA
berkata, " Janganlah tertipu dengan apa yang orang katakan. Anda adalah
Fatimah puteri Muhammad, anda memakai barang perhiasan (yang menjadi
kesukaan) orang-orang yang bongkak." Beliau AH serta-merta melucutkan
rantainya pada ketika itu juga dan menjualnya. Dengan wang dari jualan
tersebut, beliau AH membeli dan kemudian membebaskan seorang hamba
lelaki. Apabila Rasulullah SAW mendengar apa yang beliau AH lakukan,
beliau SAW berasa gembira dan mendoakan rahmat kepada Imam Ali AS.
[Al-Hakim, Al-Mustadrak, Juzuk 3, hlm. 152; Bihar al-Anwar, Jilid 43, hlm.81]
Rasulullah saw pernah bersabda kepada Sayyidah Fatimah as, "Putriku! Ayahmu dan suamimu bukanlah orang yang miskin. Allah SWT telah memberikan kepadaku semua tanah yang mengandung emas dan perak, tetapi aku memilih sesuatu yang abadi di sisi Allah swt. Putriku! Aku berkata seperti ini supaya kamu tahu bahwa ayahmu mengetahui hakekat dunia. Ketahuilah bahwa kamu juga akan berpaling dari dunia".
Rasulullah saw pernah bersabda kepada Sayyidah Fatimah as, "Putriku! Ayahmu dan suamimu bukanlah orang yang miskin. Allah SWT telah memberikan kepadaku semua tanah yang mengandung emas dan perak, tetapi aku memilih sesuatu yang abadi di sisi Allah swt. Putriku! Aku berkata seperti ini supaya kamu tahu bahwa ayahmu mengetahui hakekat dunia. Ketahuilah bahwa kamu juga akan berpaling dari dunia".
Sebelum
memasuki pembahasan tentang kezuhudan Sayyidah Fatimah as dalam
menjalani kehidupan, kita harus mengetahui terlebih dahulu makna
kezuhudan itu sendiri. Makna kezuhudan dalam Alquran adalah sebagai
berikut, "Supaya kalian tidak berduka cita terhadap apa yang luput dari
kalian dan tidak terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepada
kalian."
Sayyidah
Fatimah as adalah seorang wanita yang sangat sederhana dan sama sekali
tidak tertarik dengan keindahan dunia. Beliau selalu mencari keridhaan
Allah swt karena keridhaan-Nya merupakan kenikmatan yang paling tinggi.
Bentuk kerelaan Allah swt untuk hamba-hamba-Nya bukanlah dunia yang hina
dan fana ini, akan tetapi alam akhirat yang mulia dan abadi.
Sebagaimana Allah swt dalam surat Al-Anfal 67 berfirman, "Kamu
menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah swt menghendaki (pahala)
akhirat (untukmu)."
Waktu
Sayyidah Fatimah as banyak digunakan untuk mendekatkan diri kepada
Allah swt. Beliau sama sekali tidak menyibukkan dirinya untuk
kepentingan dunia karena cinta terhadap dunia merupakan penghalang untuk
sampai ke tujuan yang mulia.
Keindahan
dan kesenangan dunia bersifat sementara, akan tetapi sangat disayangkan
banyak manusia yang tertipu ketika melihatnya. Mereka tidak sadar bahwa
ada alam yang lebih indah dan lebih menyenangkan dibanding dunia.
Oleh
karena itu Sayyidah Fatimah as memilih alam akhirat karena hakekat
kebahagiaan dan kehidupan ada di alam tersebut. Beliau menjalani
kehidupannya dengan penuh kesederhanaan dan tidak perduli dengan
keindahan dunia. Selain itu Sayyidah Fatimah selalu ridha dengan
keadaannya. Beliau sama sekali tidak pernah mengeluh kepada siapapun
dalam urusan dunia. Kehidupan Sayyidah Fatimah as adalah sebuah
kehidupan yang jauh dari kemewahan. Kesederhanaannya bukan karena beliau
miskin namun disebabkan oleh puncak pengetahuan (makrifat) dan kekayaan
spiritual beliau.
Bukti
terbaik bahwa Sayyidah Fatimah as hidup dalam kesederhanaan adalah
ketika beliau memiliki tanah Fadak. Tanah Fadak adalah tanah yang sangat
subur karena tanah ini bisa menghasilkan gandum yang sangat banyak
sehingga kebutuhan semua penduduk Madinah terpenuhi dengannya. Setelah
Allah swt menyuruh Rasulullah saww memberikan tanah Fadak kepada
Sayyidah Fatimah as, semua keuntungan hasilnya ada di tangan Sayyidah
Fatimah as. Namun penghasilan yang banyak ini tidak merubah
kesederhanaan beliau dalam menjalani kehidupan. Semua penghasilan tanah
Fadak beliau infakkan kepada masyarakat. Hal ini beliau lakukan hanya
demi mencari keridhaan Allah swt. Dari sini kita bisa mengambil
kesimpulan bahwa kesederhanaan Sayyidah Fatimah as bukan karena
keterpaksaan dan kemiskinan tetapi karena kecintaan beliau kepada Allah
swt.
Kesederhanaan
dan ketidakcintaan terhadap dunia adalah suatu hal yang dicontohkan
oleh para Nabi dan Imam as. Tidak ada satupun dari mereka memiliki rasa
cinta terhadap dunia seperti yang kita lihat dalam sejarah kehidupan
mereka. Kezuhudan Sayyidah Fatimah as adalah salah satu pelajaran yang
didapatkan dari ayahnya.
Rasulullah
saw pernah bersabda kepada Sayyidah Fatimah as, "Putriku! Ayahmu dan
suamimu bukanlah orang yang miskin. Allah SWT telah memberikan kepadaku
semua tanah yang mengandung emas dan perak, tetapi aku memilih sesuatu
yang abadi disisi Allah swt. Putriku! Aku berkata seperti ini supaya
kamu tahu bahwa ayahmu mengetahui hakekat dunia. Ketahuilah bahwa kamu
juga akan berpaling dari dunia."
Contoh
ajaran Nabi saw kepada Sayyidah Fatimah as bisa kita lihat dalam
riwayat berikut ini. Rasulullah sudah terbiasa ketika hendak pergi atau
pulang dari bepergian harus menemui putri tercintanya terlebih dahulu.
Suatu hari untuk menyambut kedatangan ayah dan suaminya, Sayyidah
Fatimah as memakai gelang dari perak dan anting-anting serta kalung.
Beliau juga menghias rumahnya dengan memasang gorden yang berwarna
warni. Seperti biasa, ketika datang dari bepergian, Rasulullah terlebih
dahulu datang ke rumah Fatimah. Namun setelah beristirahat sebentar,
Rasulullah keluar dari rumah putrinya dan menuju masjid.
Melihat
raut wajah ayahnya yang tidak seperti biasa, Sayyidah Fatimah as
menyadari sebabnya. Pada saat itu juga ia membuka gorden dan
perhiasannya lalu mengirimkannya kepada Rasulullah saw yang pada saat
itu berada di masjid. Sayyidah Fatimah as juga mengirim salam kepada
ayahnya dan berpesan supaya barang-barang ini digunakan di jalan Allah.
Rasulullah mengambil barang-barang itu dan berkata "Ayahmu adalah
tebusanmu, ayahmu adalah tebusanmu! Keluarga Muhammad perlu apa dengan
dunia? Mereka bukan diciptakan untuk dunia, akan tetapi mereka
diciptakan untuk akhirat, walaupun semua yang ada di dunia diciptakan
karena mereka. Seandainya dunia itu memiliki nilai sebesar sayap nyamuk
di sisi Allah, maka tidak seorangpun dari kafir akan meminumnya."
Setelah itu Rasulullah berdiri lalu menuju rumah Fatimah as.
Riwayat
di atas selain menunjukkan ketegasan Rasulullah saw juga menunjukkan
ketidakcintaan Sayyidah Fatimah as terhadap dunia, karena tanpa ada rasa
berat hati beliau menginfakkan barang-barangnya di jalan Allah.
Diriwayat
lain juga dikatakan, suatu hari Salman Al-Farisi melihat Sayyidah
Fatimah as memakai cadar yang sederhana, penuh jahitan dan terbuat dari
kulit pohon kurma hendak pergi menjenguk ayahnya. Salman sangat terkejut
dan sambil menangis ia berkata, "Kami sangat bersedih! Putri-putri raja
Persia dan Romawi duduk di atas kursi-kursi yang terbuat dari emas dan
memakai pakaian yang terbuat dari sutra tetapi putri Muhammad saw
memakai cadar yang sangat sederhana dan memiliki dua belas jahitan."
Ketika
Sayyidah Fatimah as sampai ke rumah ayahnya, beliau mengatakan, "Wahai
Rasulullah! Salman sangat heran dengan kesederhanaan pakaianku. Demi
Allah, selama lima tahun karpet rumah kami dari kulit kambing yang
ketika siang hari unta-unta memakan rumput diatas karpet itu dan pada
malam hari kami tidur di atas karpet itu. Bantal kami juga dari kulit
yang diisi dengan kulit pohon kurma". Ketika itu Rasulullah bersabda
kepada Salman, "Sesungguhnya putriku berada di barisan terdepan
orang-orang yang menuju Allah swt."
Sekarang
kita dapat melihat betapa zuhudnya Sayyidah Fatimah as. Ketika kita
menjadikan Sayyidah Fatimah as sebagai panutan maka konsekuensinya kita
harus meniru beliau. Dan salah satu contoh yang bisa kita ambil dari
beliau adalah kezuhudannya dalam menjalani kehidupan.
Sebetulnya
tidaklah sulit untuk menjadi orang yang zuhud ketika kita mengetahui
bahwa sebenarnya segala sesuatu yang diberikan kepada kita oleh Allah
swt adalah sebuah amanat, sehingga dengan senang hati dan tanpa rasa
keberatan sedikit pun kita akan menginfakkannya kepada orang yang
membutuhkan. Selain itu kita juga tidak akan terlalu bergembira dengan
apa yang Allah SWT berikan kepada kita. Semua manusia datang ke dunia
ini dengan tangan kosong dan juga kembali kepada penciptanya dengan
hanya membawa sepotong kain putih.
Seseorang
tidak akan pernah bisa menjadi zuhud ketika dia tidak mengetahui
hakekat dunia yang penuh dengan kekurangan. Sebagaimana yang dikatakan
oleh Imam Ali as "Yang berhak dikatakan bahwa orang itu zuhud ketika dia
mengetahui kekurangan dunia." Semoga Allah SWT memberikan taufiq-Nya
kepada kita semua untuk menjadi orang-orang yang selalu diridhoi
oleh-Nya.
0 komentar:
Posting Komentar