Ketika Hidayah Menyapa
Oleh : Alya Rohalia
Oleh : Alya Rohalia
Angin
terik menerpa wajahku, debu polusi bagai noda yang menutupi gelapnya wajah tetapi
kulihat teriknya siang bersinar bagai cahaya penuntun perjalananku, mobil yang
kutumpangi berhenti sejenak, dibalik kaca jendela mobil saya melihat sesosok
wanita berjilbab besar dan cadar beramai-ramai berjalan kaki disudut jalan kota
sambil kuperhatikan lamat-lamat tampak
ada yang aneh, “siapakah mereka?” pikirku waktu itu. Tetiba kudengar suara
nenek menyahut rasa penasaranku “kalo ko kuliah dimakassar nanti, pasti bakalan
banyak seperti itu ko temui, pesanku janganko ikut-ikutan seperti mereka
terlalu menakutkan”. Kemudian sang supir menimpali balik pernyataan nenek “terlalu
ekstreamki belah, tidak mau terlalu kenal sama laki-laki dan tidak mau’i juga
jabat tangan. Obrolanpun terus berlanjut mengunkap tabir penyelewengan
wanita-wanita bercadar, Aku hanya bisa diam mengangguk sambil menyimak
memperhatikan nenek dan supir sambil menghibah wanita-wanita berjilbab besar
dan cadar karna pada saat itu saya tidak tau apa-apa tentang wanita-wanita
tersebut.
Pada
saat memasuki awal kuliah saya ditawari oleh teman-teman untuk mengikuti bisnis
MLM dan disisi lain saya juga sering diajak pergi kajian oleh pengurus
lembaga-lembaga keislaman internal
kampus, dan disitulah saya mulai mengenal akhwat-akhwat yang berjilbab
besar dan bercadar. Pada saat teman-teman yang lain menghindar mengikuti
kajian-kajian justru saya ingin mengikuti berbagai kajian yang ada karna saya
tau diri saya ini mudah sekali terbawah pengaruh, ketika saya dulu semasa SMA
terbawah pengaruh oleh teman-teman yang kurang baik kini saatnya dimasa kuliah
ini saya ingin menjadi sosok yang lebih baik , ingin menjadi anak yang shalihah
untuk kedua orang tuaku, dan ingin menjadi hamba yang taat pada Allah dan
Rasulnya.
Memasuki
semester 2 saya mulai mengenal tarbiyah, saya dikenalkan tarbiyah oleh tutor SAINS’ku
namanya Kak Innah seorang akhwat yang bercadar, disitu persepsi negatif saya
tentang cadar mulai sirna, saya diam-diam menyimpan kekaguman pada sosok ayu
nan cerdas yang tertutup dihadapanku, padahal mudah saja bagi ia menuai banyak
pujian dikarnakan kecantikannya, keramahannhya, kelembutannya, kecerdasannya,
tetapi ia lebih memilih menjadi mutiara yang tersembunyi itu. Pernah suatu hari
ada adik yang lansung menyatakan kekaguman dikakak tersebut.
“kakak
jujur kagumka sama kita” ungkap sang adik,
“jangan kagum sama saya dek”
“kenapa
memang kak ?”
“Karna
jika kita kagum kepada seseorang, dan kemudian kita lihat kekurangannya biar
sekecil apapun niscaya kita akan kecewa”
menjawab petanyaan sang adik dengan begitu tawadhunya.
Disitu
saya merasa iri melihat kakak ini, bukan hanya Kak Innah tetapi kakak-kakak
akhwat yang lain yang menempuh jalan hidayah, yang istiqomah memegang teguh
agamanya, yang berjuang teguh dijalan-Nya meski kesukaran dan kesulitan datang
saling tumpah tindih saling menempa jiwa yang rapuh, mereka lebih memilih untuk
mengejar ridho-Nya dibanding ridho manusia, aku iri kepada mereka yang terasing
bagai memegang bara api, yang menikmati panasnya terik dunia, yang mesra
jiwa-Nya dengan Rabb’nya seolah cacian, makian, hinaan, olokan sudah biasa
berlalu karna keteguhan hatinya yang senantiasa mendamba titah Rabb’nya. Jujur
aku iri...
“Aku
juga ingin seperti mereka” batinku berkata lirih tetapi belum mampu mengamalkan
semua, kemudian aku hijrah perlahan memasuki semester 2, langkah awal saya
museumkan hijab bermotif yang saya selalu padu padakan dengan tutorial yang ada
dan saya museumkan juga baju-baju transparan dan menarik perhatian, dan
baju-baju yang tidak menutup aurat, karna dulu saya berhijab buka tutup tanpa
tau ilmunya. Inilah awal hijrahku setidaknya menutup aurat dengan sempurna dulu
insya Allah jika kita niatkan dengan baik karna Allah, ketaatan-ketaatan yang
lainnya akan mengikut.
Diawal
hijrah saya mulai memakai gamis dan kerudung menutupi dada, berbagai sebutan
tersemai dalam diri baik itu sebutan uztadzah, ibu hadjah, ibu-ibu, dll bukan
hanya itu penentangan dari pihak keluarga begitu mengguncang keimanan disertai
ancaman untuk meninggalkan apa yang saya yakini selama ini, tetapi saya
berusaha tetap bersitegas untuk mempertahankan walau kadang rapuh dalam raga
tetapi jalan ini telah membuatku jatuh cinta pada Dia yang menunjukkanku jalan
kebenaran, bukan hanya ancaman iming-iming gemerlipan hadiah’pun disemai
berharap imanku akan goyah dan mengikuti kata mereka tetapi sesungguhnya nikmat
surga lebih indah dibanding itu semua. Biar bagaimanapun saya sangat menyayangi
mereka semua, mereka seperti itu karna mereka sayang sama saya dan menginginkan
kebaikan pada diri saya.
Semakin
berjalannya semester semakin hari saya hijrah secara perlahan, meninggalkan sesuatu yang Allah haramkan dan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan burukku tetapi yang
kudapati ujian dari Allah begitu menusuk raga, mengguncang keimanan, mengundang
deraian air mata, menghentakkan kesombongan jiwa dan menyadarkan kealpaan raga.
Nenek yang selama ini dekat denganku yang perlahan mulai sedikit demi sedikit
menerima penampilan hijrahku, yang merawatku sedari kecil, memberiku kasih
sayang penuh, kini Allah telah memanggilnya kehadapan-Nya, ditambah amukan
sijago merah membakar habis tempat hasil berjualan orang tuaku dan
Alhamdulillah sekarang semuanya berjalan baik-baik saja, sudah beberapa tahun
yang lalu berlalu berakhir dan kini semester 8 saya ditimpa sebuah penyakit
miom yang mengharuskan saya untuk operasi dan Alhamdulillah saya sudah
menjalani operasi tersebut. Aku tau Allah tidak akan membebani seseorang diluar
batas kemampuan hambaNya, semakin tinggi tingkat keimanan seseorang sebesar
itupun ujian yang diterima, Allah beri kita ujian untuk meningkatkan ketakwaan
kita kepada-Nya, Allah memberikan kita ujian karna Allah tau kita mampu, Allah sayang sama kita, sunnguh Allah rindu
mendengar rintihan hamba-Nya yang memerlukan pertolongannya. Ujian ini tidaklah
seberapa dengan ujian yang dialami oleh para nabi dan Rasul sera wali-wali
Allah yang lain, saya yakin setiap ujian pasti menyimpan hikmah dibaliknya
kalaupun tidak sekarang kita mengetahuinya Insyaa Allah nanti, dan setiap
kejadian itu akan mengajarkan kita untuk semakin mendewasa dan bijak.
0 komentar:
Posting Komentar