“Ini adalah jalan-ku, jalan yang penuh onak dan duri. Tak banyak orang menyukai jalan ini. Namun, barangsiapa yang menempuhnya, akan diberi balasan yang terbaik, syurga dan kemuliaan di akherat. Jalan ini sudah dijanjikan oleh Allah.
Jalan ini yang menjadi pilihan para nabi, rasul dan orang-orang yang mengikutinya. Dan sungguh bagi yang tidak mengambil jalan ini, akan dia temui ujung yang buruk. Jalan ini mengingatkan manusia bahwa tidak ada Dzat yang berhak disembah, diibadahi, ditaati kecuali Allah Rabb semesta alam.” -Ustadz Bachtiar Nasir-
Tiada habisnya ketika kita terus menggali tugas dakwah dimuka bumi. Lagi-lagi memang seperti itu. Karena dakwah akan menyedot saripati energimu. Karena dakwah adalah cinta dan cinta akan meminta semuanya dari diri. Segala pikiran dan perhatian kita akan tersedot padanya. Bahkan dalam setiap langkah, duduk, dan tidur, semuanya tentang dakwah. Bahkan, bisa jadi isi mimpimu-pun tentang dakwah, demi ditegakkannya risalah ditengah umat yang kita cintai.
Jadikan jalan ini sebagai pekerjaan yang akan membingkai hari-hari kita selanjutnya. Jalan ini memang penuh resiko. Kuatkan iman ketika tersiar kabar satu demi satu pejuang tumbang. Bermula dari peluh yang menetes, tulang-tulang yang remuk sampai titik darah penghabisan. Menahan lelah demi surga di depan mata. Visi itu yang membuat kita terus berjalan, berlari, terus istiqomah di jalan ini.
Visi dan misi hidup manusia yang memilih jalan ini akan dibuat besar. Tak lagi memiliki visi hidup yang hanya berkutat soal mengenyangkan perut sendiri, namun juga berusaha berpikir bagaimana agar kesejahteraan umat bisa terwujud.
Berbagai visi besar para sahabat bisa terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan pada Rasulullah: Mu’adz bin Jabal (semoga Allah meridhoinya) berkata, “Aku berkata kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah, terangkanlah padaku amal yang memasukkanku ke surga dan menjauhkanku dari neraka!”
Ada juga sahabat lainnya yang bertanya: “Ya Rasulullah, tolong beritahu aku amalan tertinggi dimana aku tidak akan bertanya lagi padamu?” Beragam pertanyaan lainnya menjadi motivasi yang luar biasa. Ambisius dalam mencari visi-visi besar, menjadi tujuan hidup para sahabat. Semua itu mampu terjadi karena dalam diri mereka sudah tertanam tujuan akhir adalah surga dan keridhoan Allah SWT. Terdapat dampak yang luar biasa ketika memilih jalan sebagai pengemban risalah Rasulullah.
Ada juga sahabat lainnya yang bertanya: “Ya Rasulullah, tolong beritahu aku amalan tertinggi dimana aku tidak akan bertanya lagi padamu?” Beragam pertanyaan lainnya menjadi motivasi yang luar biasa. Ambisius dalam mencari visi-visi besar, menjadi tujuan hidup para sahabat. Semua itu mampu terjadi karena dalam diri mereka sudah tertanam tujuan akhir adalah surga dan keridhoan Allah SWT. Terdapat dampak yang luar biasa ketika memilih jalan sebagai pengemban risalah Rasulullah.
Ustadz Bachtiar sering membahasakannya sebagai lompatan-lompatan intelektual dalam diri seseorang. Dimulai dari terjadinya pencerahan pemikiran kemudian akan berpengaruh terhadap tindakan yang akan melahirkan karya besar. Tak dimungkiri pencerahan pemikiran itu akan berdampak baik bagi masyarakat dan akhirnya melejitkan karier. Tapi semuanya membutuhkan perjuangan.
Kegigihan Rasulullah dan para sahabatnya, mengingatkan kita untuk tak putus asa dan tak pernah puas. Orang-orang yang mewakafkan dirinya untuk Islam tak mau disergap rasa nyaman, dan terus ingin belajar karena selalu merasa bodoh. Merasa bodoh karena sesungguhnya apa yang kita tahu mengenai ilmu Allah hanyalah sedikit.
Ada masa dimana ketika cahaya iman itu belum merasuk dalam relung jiwa. Saat itu kita masih melihat bahwa kesenangan dunia merupakan surga. Uang, nama baik, jabatan dan segala hal yang membuat kita dipandang penuh decak kagum manusia, rasanya mampu membumbungkan tubuh ini sampai langit ke-tujuh. Cara pandang kita terhadap dunia akhirnya berputar balik manakala kalbu sudah tersirami iman. Kita bisa berkaca pada kisah salah satu sahabat Rasulullah SAW, Mush’ab Bin Umair.
Mush’ab Bin Umair memenuhi masa mudanya penuh dengan keglamouran. Ia bukan sembarang lelaki. Ketika di masa jahiliyyah, ia dikenal sebagai pemuda dambaan kaum wanita. Ia adalah seorang pemuda ganteng yang dikenal sangat perlente. Bila ia menghadiri sebuah perkumpulan, ia segera menjadi magnet pemikat semua orang, terutama kaum wanita. Gemerlap pakaiannya dan keluwesannya bergaul, sungguh mempesona. Namun sesudah memeluk Islam, ia berubah samasekali. Segala pernak pernik bersoleknya tidak lebih berarti ketimbang tersebarnya panji-panji Allah.
Maka satu-satunya jalan untuk bisa tetap konsisten dijalan ini adalah meminta Allah untuk membimbing kita. Mintalah pada-Nya untuk memilih kita sebagai salah satu penerus risalah Rasulullah SAW. Kita tidak mungkin menjadi nabi. Kesempatan itu sudah tertutup dan itu hak prerogratif Allah. Tapi sebagai umat Nabi Muhammad SAW, sesungguhnya ada risalah yang menunggu diemban, menunggu untuk diteruskan. Tak perlu ragu memilih jalan ini karena hidup kita terbimbing untuk tetap berjalan dijalan yang lurus.
Ada satu tulisan yang membuat saya akhirnya melek terhadap jalan ini. Tulisan salah satu ustadz yang kini sudah almarhum itu mampu menaikkan adrenalin dan menggiring saya untuk berkata: Ya, untuk dakwah! Inilah secuplik tulisannya:
“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu!
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu!
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu!
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu!
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu !”
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu!
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu!
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu!
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu !”
***
Teman, teruslah bergerak! Jangan mau hanya berdiam di zona nyaman. Ketidaknyamanan ini hanyalah masalah waktu. Sekecil apapun kontribusi kita, akan membuat kejayaan Islam lebih bermakna. Saat itulah kita merasa dakwah menjadi kebutuhan.
Oleh Rias Andriati
0 komentar:
Posting Komentar