Jumat, 17 Juni 2016

Cita-Cita Ukhtiku Menghapal 30 Juz






.....
Disela sela obrolan pada saat menunggu di ruang BAaK lantai 2 phinisi untuk pengurusan password yang terlupa, kemudian saya pun melanjutkan percakapan yang tadi "ukhti tadi kita bilang ada sekelasta dari soppeng yang juga seorang ikhwan ? Bagaimana itu orangnya ukhti ?'',kataku sambil menatap wajah ukhtiku setengah penasaran.

"Sebenarnya bukan orang soppeng sih ukh tapi orang wajo," katanya

"Oh wajo hampir jhi dekat-dekat dengan soppeng," ucapku.

jangan mi itu ukh ada uztad hafizh 30 juz dari madinah", ucapnya dengan senyum menggelitik.

''Ohhh. . kutahu mhi ukh pasti itu targetta toh ?" ucapku dengan senyum menggodanya.

"Ah... Tidak jhi saya ukh , tidak berharap jha yang hafizh 30 juz kalau diriku sendiri belum hapal 30 juz", kata ukhtiku sambil menunduk namun disertai dengan ketawa-ketawa kecil dipipinya.

"Sama jhi qi ukhti , saya juga tidak berharap yang hafizh 30 juz karna kapasitasku ndag cukup. Asalkan adalah beberapa hapalannya," Kataku.

"Iya ukhti saya juga asalkan sholeh jhi dan baik agama dan akhlaqnya," katanya kepadaku.

"Iya jelasmi itu ukhti, Hmmm... Ngomong2 ukhti itu uztadnya yang hafizh ndag tua jhi ?",kataku.

"Bah tidak jhi ukhti... Seumuran kak innah jhi, ndag tua jhi itu toh ?."

"Tidak jhi ukhti , masih tergolong muda itu untuk seorang hafizh"

(Sambil ukhti menepuk pundak kananku)  "Ukhti, Ada ceritaku," ucapnya dengan mata yang bersinar disertai senyum yang mengembang"

Kubalas senyum itu dengan senyum yang sama "Cerita apa ukhti?", tanyaku.

"Begini Ada seorang ikhwan mau pergi untuk melamar seorang akhwat. Disaat itu, si ikhwan mau melakukan nazhar syar'i (melihat calon istrinya ).

Calon istrinya bertanya : "Berapa hafalan AlQuranmu ?"

Si ikhwan menjawab : "Saya tidak hafal banyak tapi SAYA INGIN MENJADI LELAKI YANG SHALIH"

Si ikhwan lalu berkata kepada calon istrinya : "Kalau kamu ?"

Calon istrinya menjawab : "Saya hafal juz amma"

Calonnya kemudian sepakat untuk menikah karena merasa dia (laki-laki yg datang melamar ini) jujur.

"Terus ukh ?". Ucapku dengan penuh menyimak meskipun awalnya sudah kuterka ceritanya sudah pernah kudengar sebelumnya.

"Setelah mereka menikahmi.
Ini Sang Istri lalu memintanya untuk membantunya menghafal AlQuran.

Sang suami berkata : "Mengapa kita tidak saling membantu dalam menghafal bersama-sama?"

Lalu mereka sama-sama mhi menghafal Alquran dengan Surah Maryam kemudian berikutnya dan berikutnya
sampai hafalan Qurannya selesai dan mereka berdua mendapat Ijazah hafalan Quran, "Lanjut ukhtiku bercerita.

"Masya Allah kegigihannya mereka berdua", trus apalagi ukh ? Tanyaku dengan senyuman.

Kemudian toh ini istrinya menawarkan : "Mungkin kita juga bisa memulai menghafal Hadits-hadits Bukhari.." kemudian mereka lanjut mhi menghapal hadis2 bukhari..

"Terus apalagi ukh", tanyaku sambil terus menyimak.

"Kemudian , Di sebuah kesempatan ketika si ikhwan berziarah kerumah mertuanya, ini ikhwan mengabarkan kepada mertuanya kalau anaknya yang menjadi istrinya sekarang sudah hafal AlQuran Al Karim, Alhamdulillah.

Terus kaget mhi ini dengan apa yg dikatakan menantunya, ini orang tua lalu masuk ke kamar anaknya seraya memperlihatkan banyak kertas kepada menantunya.
Sontak dan alangkah kaget dan bingungnya mhi ini sang suami, Istrinya ternyata memiliki ijazah hafalan Alquran dan Kutub Sittah (kumpulan kitab2 hadits) bahkan sebelum dia menikah dengan ini istrinya.

Masyaa Allah ...ini si istri tidak mempermasalahkan dari awal sedikitnya ilmu yang dimiliki sang calon suami, dan dia kemudian membantunya menghafalkan Al Quran sebagaimana dia telah menghafalnya disaat dia merasa kalau memang sang suami adalah orang Shalih ini istrinya juga tidak berdusta ketika dia berkata saya hafal juz amma karena dia tidak menafikan bahwa dia juga hafal surat yg lainnya.

"Masya Allah akhwatnya begitu rendah hati, dan pandai menyembunyikan sesuatu. bagus juga ukhti ceritanya", kataku memberi pujian .

"Ukhti..  Mauka curhat,"katanya.

"Iye... Curhat meki ukh,"kataku.

"Ukhti sebenarnya saya toh disuruhka lanjut s2 sama orang tuaku bila perlu kalau bisa sampai s3", katanya kepadaku

"Kesempatan bagus itu menurutku ukhti . bagus jhi orang tua'ta dan bisa jhi'qi kurasa berdakwah sambil lanjut kuliah lagi seperti kak Rina, bukannya menimba ilmu itu bagus ukh ? Ilmu memang harus selalu dikejar ?", ucapku meyakinkannya.

"Iya sih ukh... Tapi masih mau kupertimbangkanki" ucapnya setengah ragu2.

"Jadi ukhti tidak mauki menikah setelah wisuda kan mauki lanjut s2 itu kayaknya?," ucapku kepadanya.

***
Kembali Teringat kata-kata ukhtiku beberapa bulan yang lalu pada saat awal semester 6 pada saat saya menemaninya mencari industri pabrik roti untuk tugas kuliahnya meskipun berbeda jurusan setidaknya saya belajar banyak darinya, pada saat ruang diruang tunggu industri tersebut kami bercerita.

"Ukhti ada lembaga walimah di makassar . Nanti toh sebelum lulus ikut meki juga seminar pra nikah yang akan diadakan, saya phi carikanki calon orang yang dari daerahku yang juga ikhwan. Masyaaa Allah sekali itu ukhti wisudaki sama-sama, luluski sama-sama, kemudian berdakwahki sama-sama satu daerah" kata ukhti kepadaku.

"Ukhti, jangan mhi repot2 datang sendiri jhi itu nanti. Jawabku.

Dan pada saat hari yang lain juga kemarin dia berkata kepadaku disertai dengan ketawa kecil-kecil.
"Ukhti...  saya phi carikanki"
***

Sambil memikirkan perkataan yang lalu sambil menyimak perkataannya dia melanjutkan.
"Ukhti, tidak kutahu mhi juga ukh masih ada pertimbangan lainnku, dan belum kutahu juga "katanya kepadaku dengan agak bimbang.

(Dalam hati berkata sebenarnya ukhti kita punya kesempatan yang sama sih melanjutkan studi lagi tapi disisi lain saya juga ingin menikah kalau jodohnya ada yang sesuai dan bagus akhlaq dan agamanya, kenapa tidak ? menikah untuk menyempurnakan ibadah, untuk menjaga kehormatan diri. kalaupun jodohnya belum ada saya akan melanjutkan studi lagi.)

Kembali aku kembali bertanya kepadanya, "Apa yang dipertimbangkan ukhti?", tanyaku sambil menatapnya dalam-dalam serasa ingin membaca dan menerka apa yang tersirat didalam pikirannya.

"Mauka juga ikut program menghapal Alquran yang ada disnini dimakassar, mauka fokus menghapal sampai 30 juz," katanya.

"Lah, bagus itu ukhti... Setuju jhi orang tua'ta ?," Tanyaku.

"Begini juga ukhti saya kan 6 bersaudara dan adikku ini ada mhi yang menikah dan yang lainnya masih kecil-kecil dan ini yang kecil-kecil yang kelas 5 SD mauka jadikan hafizh (penghapal Alquran) . kan kebetulan adikku masih kecil-kecilki dan ada mhi yang menikah dan merasa tidak enakka juga sama orang tuaku karna biaya kuliah kayak lari ke saya semua, dan saya benar-benar difokuskan ini untuk melanjutkan studi s2 bila perlu sampai s3 , dan kebetulan juga ada adikku yang  sudah menikah ditanyaki adekku sama mamaku "jangan mhi minta2 uang yaa... Karna ada mhi suamimu yang tanggung semuanya, sekarang biaya mau difokuskan untuk kakakmu buat studi'nya", begitu kata mamaku ke adikku," ceritanya kepadaku.

"Ukhti... Pasti anak pertama ki toh?," tanya ku.

"Iya ukhti... Kita?,"tanyanya menimpa balik.

"Bah sama jhi ukhti... Saya juga anak pertamaka dan memang kalau anak pertama itu memang dituntut untuk sekolah setinggi-tingginya biar bisa jadi contoh juga untuk adik-adiknya, kurasa itu keputusan orangtua'ta juga bagus mhi. Manfaatkan kesempatan yang ada. Ukhti... Saya mau tanya, kita golongan darah O yaaa ?,"tanyaku mencoba memahami karakternya.

"Bukan ukhti saya golongan darah A yang na'bilang itu ceramah uztad itu kalau golongan darah A cepat tersinggung yaaa?? Kalau golongan darah O yang cepat marah dan cepat juga baik ya ? Kalau kita apa ?," tanya nya.

"Saya golongan darah O dan saya pikir kita golongan darah O juga bukan berarti kita suka marah2 yaa bukan begitu, tapi ada yang saya baca di internet salah satu karakteristik orang yang bergolongan darah O adalah ada bakat2'nya menjadi pemimpin dan kurasa kuterka itu dalam diri'ta ternyata dugaanku salah mungkin efek karakternya karna kita anak pertama yaaa.?,"

"Iyaa ukhti... Tapi masih bingungka ukhti... Mauka juga fokus menghapal Alquran 30 juz" ucapnya sambil mengadukan keluhannya.

"Begini solusi ku ukhti, nganggur meki 1 tahun untuk fokus dihapalanta 30 juz kemudian lanjutkan mhi kuliah lagi. kira-kira bisa jhi itu selama 1 tahun 30 juz ? Bagaimana ?," solusiku kepadanya.

"Iya ukhti pokoknya saya harus bisa menghapal bila perlu sampai 30 juz, dan cita-citaku saya ingin menjadi penghapal Alquran juga sebagai bentuk hadiahku kepada kedua orang tuaku" berucap dengan penuh ambisi disertai senyuman yang mengembang sambil terus membuka lembar demi lembar Alquran yang dia pegang.

(Dalam hatiku berkata "Masyaa Allah saya kagum dengan semangatnya ukhtiku, dia ingin menghadiahkan cahaya kemuliaan bagi kedua orang tuanya, diakhirat nanti orang tuanya akan diangkat derajatnya oleh Allah dan dipasangkan mahkota kemuliaan berkat kegigihan anaknya, beruntungnya orang tua memiliki anak seperti dia.")

"Ukhti sampai mana mhi hapalanta ?," tanyanya kepadaku sambil membuka lembar demi lembar Alqurannya.

"Saya baru sampai sini ukhti.. Kalau kita sampai mana mhi ?," tanyaku.

Sambil menghitung-hitung surah Alquran "Ini tinggal 7 surah lagi baru sampai juz 30, Insyaa Allah bisa jhiqi selesaikan tahun ini sampai juz 30 kemudian merangkakki lagi ke juz 29,28. Insyaa Allah bisa jhi."

(Dalam hati aku berkata "Lincahnya ini ukhtiku, perasaan beberapa minggu sebelum ramadhan hapalan kita sama dan sekarang mendahului ku,").

"na'am ukhti... insyaa Allah bisa jhi itu ukhti yang penting yakin." ucapku dengan senyum yg optimis

"Semangatqi ukhti..., " ucapnya yang keluar dari mulut nya disertai semangat yang menyala-nyala dan sorot mata yang bersinar memancarkan semangat juga kepadaku."

Ruangan pengurusan BAAk tampak sedikit hening karna para laki laki semuanya bergegas untuk pergi sholat jumat, yang ada hanya mahasiswa perempuan yang duduk diruang tunggu maupun staf wanita yang stand by di ruang kerjanya. dan jam pun menunjukkan pukul 12:34

"Ukhti..  Kurasa sudah waktunya kita juga untuk sholat," kata ukhtiku.

"Saya pikir adzan ke dua ya ukh ? Karna ada yang pernah saya dengar adzan kedua baru bisa sholat." kataku .

"Sebenarnya adzan pertama kalau sudah waktunya sholat yaaa.. Bisa meki sholat dan masuk mhi juga waktunya,". Ucapnya.

"Ayo mhi pale ukhti," kataku sambil berdiri ingin meninggalkan tempat.

Lalu kami pun bergegas menuju Musholla dekat BAak dan mulai berwudhu kemudian sholat bersama.


0 komentar:

Posting Komentar

Jumat, 17 Juni 2016

Cita-Cita Ukhtiku Menghapal 30 Juz

Diposting oleh Unknown di 08.53





.....
Disela sela obrolan pada saat menunggu di ruang BAaK lantai 2 phinisi untuk pengurusan password yang terlupa, kemudian saya pun melanjutkan percakapan yang tadi "ukhti tadi kita bilang ada sekelasta dari soppeng yang juga seorang ikhwan ? Bagaimana itu orangnya ukhti ?'',kataku sambil menatap wajah ukhtiku setengah penasaran.

"Sebenarnya bukan orang soppeng sih ukh tapi orang wajo," katanya

"Oh wajo hampir jhi dekat-dekat dengan soppeng," ucapku.

jangan mi itu ukh ada uztad hafizh 30 juz dari madinah", ucapnya dengan senyum menggelitik.

''Ohhh. . kutahu mhi ukh pasti itu targetta toh ?" ucapku dengan senyum menggodanya.

"Ah... Tidak jhi saya ukh , tidak berharap jha yang hafizh 30 juz kalau diriku sendiri belum hapal 30 juz", kata ukhtiku sambil menunduk namun disertai dengan ketawa-ketawa kecil dipipinya.

"Sama jhi qi ukhti , saya juga tidak berharap yang hafizh 30 juz karna kapasitasku ndag cukup. Asalkan adalah beberapa hapalannya," Kataku.

"Iya ukhti saya juga asalkan sholeh jhi dan baik agama dan akhlaqnya," katanya kepadaku.

"Iya jelasmi itu ukhti, Hmmm... Ngomong2 ukhti itu uztadnya yang hafizh ndag tua jhi ?",kataku.

"Bah tidak jhi ukhti... Seumuran kak innah jhi, ndag tua jhi itu toh ?."

"Tidak jhi ukhti , masih tergolong muda itu untuk seorang hafizh"

(Sambil ukhti menepuk pundak kananku)  "Ukhti, Ada ceritaku," ucapnya dengan mata yang bersinar disertai senyum yang mengembang"

Kubalas senyum itu dengan senyum yang sama "Cerita apa ukhti?", tanyaku.

"Begini Ada seorang ikhwan mau pergi untuk melamar seorang akhwat. Disaat itu, si ikhwan mau melakukan nazhar syar'i (melihat calon istrinya ).

Calon istrinya bertanya : "Berapa hafalan AlQuranmu ?"

Si ikhwan menjawab : "Saya tidak hafal banyak tapi SAYA INGIN MENJADI LELAKI YANG SHALIH"

Si ikhwan lalu berkata kepada calon istrinya : "Kalau kamu ?"

Calon istrinya menjawab : "Saya hafal juz amma"

Calonnya kemudian sepakat untuk menikah karena merasa dia (laki-laki yg datang melamar ini) jujur.

"Terus ukh ?". Ucapku dengan penuh menyimak meskipun awalnya sudah kuterka ceritanya sudah pernah kudengar sebelumnya.

"Setelah mereka menikahmi.
Ini Sang Istri lalu memintanya untuk membantunya menghafal AlQuran.

Sang suami berkata : "Mengapa kita tidak saling membantu dalam menghafal bersama-sama?"

Lalu mereka sama-sama mhi menghafal Alquran dengan Surah Maryam kemudian berikutnya dan berikutnya
sampai hafalan Qurannya selesai dan mereka berdua mendapat Ijazah hafalan Quran, "Lanjut ukhtiku bercerita.

"Masya Allah kegigihannya mereka berdua", trus apalagi ukh ? Tanyaku dengan senyuman.

Kemudian toh ini istrinya menawarkan : "Mungkin kita juga bisa memulai menghafal Hadits-hadits Bukhari.." kemudian mereka lanjut mhi menghapal hadis2 bukhari..

"Terus apalagi ukh", tanyaku sambil terus menyimak.

"Kemudian , Di sebuah kesempatan ketika si ikhwan berziarah kerumah mertuanya, ini ikhwan mengabarkan kepada mertuanya kalau anaknya yang menjadi istrinya sekarang sudah hafal AlQuran Al Karim, Alhamdulillah.

Terus kaget mhi ini dengan apa yg dikatakan menantunya, ini orang tua lalu masuk ke kamar anaknya seraya memperlihatkan banyak kertas kepada menantunya.
Sontak dan alangkah kaget dan bingungnya mhi ini sang suami, Istrinya ternyata memiliki ijazah hafalan Alquran dan Kutub Sittah (kumpulan kitab2 hadits) bahkan sebelum dia menikah dengan ini istrinya.

Masyaa Allah ...ini si istri tidak mempermasalahkan dari awal sedikitnya ilmu yang dimiliki sang calon suami, dan dia kemudian membantunya menghafalkan Al Quran sebagaimana dia telah menghafalnya disaat dia merasa kalau memang sang suami adalah orang Shalih ini istrinya juga tidak berdusta ketika dia berkata saya hafal juz amma karena dia tidak menafikan bahwa dia juga hafal surat yg lainnya.

"Masya Allah akhwatnya begitu rendah hati, dan pandai menyembunyikan sesuatu. bagus juga ukhti ceritanya", kataku memberi pujian .

"Ukhti..  Mauka curhat,"katanya.

"Iye... Curhat meki ukh,"kataku.

"Ukhti sebenarnya saya toh disuruhka lanjut s2 sama orang tuaku bila perlu kalau bisa sampai s3", katanya kepadaku

"Kesempatan bagus itu menurutku ukhti . bagus jhi orang tua'ta dan bisa jhi'qi kurasa berdakwah sambil lanjut kuliah lagi seperti kak Rina, bukannya menimba ilmu itu bagus ukh ? Ilmu memang harus selalu dikejar ?", ucapku meyakinkannya.

"Iya sih ukh... Tapi masih mau kupertimbangkanki" ucapnya setengah ragu2.

"Jadi ukhti tidak mauki menikah setelah wisuda kan mauki lanjut s2 itu kayaknya?," ucapku kepadanya.

***
Kembali Teringat kata-kata ukhtiku beberapa bulan yang lalu pada saat awal semester 6 pada saat saya menemaninya mencari industri pabrik roti untuk tugas kuliahnya meskipun berbeda jurusan setidaknya saya belajar banyak darinya, pada saat ruang diruang tunggu industri tersebut kami bercerita.

"Ukhti ada lembaga walimah di makassar . Nanti toh sebelum lulus ikut meki juga seminar pra nikah yang akan diadakan, saya phi carikanki calon orang yang dari daerahku yang juga ikhwan. Masyaaa Allah sekali itu ukhti wisudaki sama-sama, luluski sama-sama, kemudian berdakwahki sama-sama satu daerah" kata ukhti kepadaku.

"Ukhti, jangan mhi repot2 datang sendiri jhi itu nanti. Jawabku.

Dan pada saat hari yang lain juga kemarin dia berkata kepadaku disertai dengan ketawa kecil-kecil.
"Ukhti...  saya phi carikanki"
***

Sambil memikirkan perkataan yang lalu sambil menyimak perkataannya dia melanjutkan.
"Ukhti, tidak kutahu mhi juga ukh masih ada pertimbangan lainnku, dan belum kutahu juga "katanya kepadaku dengan agak bimbang.

(Dalam hati berkata sebenarnya ukhti kita punya kesempatan yang sama sih melanjutkan studi lagi tapi disisi lain saya juga ingin menikah kalau jodohnya ada yang sesuai dan bagus akhlaq dan agamanya, kenapa tidak ? menikah untuk menyempurnakan ibadah, untuk menjaga kehormatan diri. kalaupun jodohnya belum ada saya akan melanjutkan studi lagi.)

Kembali aku kembali bertanya kepadanya, "Apa yang dipertimbangkan ukhti?", tanyaku sambil menatapnya dalam-dalam serasa ingin membaca dan menerka apa yang tersirat didalam pikirannya.

"Mauka juga ikut program menghapal Alquran yang ada disnini dimakassar, mauka fokus menghapal sampai 30 juz," katanya.

"Lah, bagus itu ukhti... Setuju jhi orang tua'ta ?," Tanyaku.

"Begini juga ukhti saya kan 6 bersaudara dan adikku ini ada mhi yang menikah dan yang lainnya masih kecil-kecil dan ini yang kecil-kecil yang kelas 5 SD mauka jadikan hafizh (penghapal Alquran) . kan kebetulan adikku masih kecil-kecilki dan ada mhi yang menikah dan merasa tidak enakka juga sama orang tuaku karna biaya kuliah kayak lari ke saya semua, dan saya benar-benar difokuskan ini untuk melanjutkan studi s2 bila perlu sampai s3 , dan kebetulan juga ada adikku yang  sudah menikah ditanyaki adekku sama mamaku "jangan mhi minta2 uang yaa... Karna ada mhi suamimu yang tanggung semuanya, sekarang biaya mau difokuskan untuk kakakmu buat studi'nya", begitu kata mamaku ke adikku," ceritanya kepadaku.

"Ukhti... Pasti anak pertama ki toh?," tanya ku.

"Iya ukhti... Kita?,"tanyanya menimpa balik.

"Bah sama jhi ukhti... Saya juga anak pertamaka dan memang kalau anak pertama itu memang dituntut untuk sekolah setinggi-tingginya biar bisa jadi contoh juga untuk adik-adiknya, kurasa itu keputusan orangtua'ta juga bagus mhi. Manfaatkan kesempatan yang ada. Ukhti... Saya mau tanya, kita golongan darah O yaaa ?,"tanyaku mencoba memahami karakternya.

"Bukan ukhti saya golongan darah A yang na'bilang itu ceramah uztad itu kalau golongan darah A cepat tersinggung yaaa?? Kalau golongan darah O yang cepat marah dan cepat juga baik ya ? Kalau kita apa ?," tanya nya.

"Saya golongan darah O dan saya pikir kita golongan darah O juga bukan berarti kita suka marah2 yaa bukan begitu, tapi ada yang saya baca di internet salah satu karakteristik orang yang bergolongan darah O adalah ada bakat2'nya menjadi pemimpin dan kurasa kuterka itu dalam diri'ta ternyata dugaanku salah mungkin efek karakternya karna kita anak pertama yaaa.?,"

"Iyaa ukhti... Tapi masih bingungka ukhti... Mauka juga fokus menghapal Alquran 30 juz" ucapnya sambil mengadukan keluhannya.

"Begini solusi ku ukhti, nganggur meki 1 tahun untuk fokus dihapalanta 30 juz kemudian lanjutkan mhi kuliah lagi. kira-kira bisa jhi itu selama 1 tahun 30 juz ? Bagaimana ?," solusiku kepadanya.

"Iya ukhti pokoknya saya harus bisa menghapal bila perlu sampai 30 juz, dan cita-citaku saya ingin menjadi penghapal Alquran juga sebagai bentuk hadiahku kepada kedua orang tuaku" berucap dengan penuh ambisi disertai senyuman yang mengembang sambil terus membuka lembar demi lembar Alquran yang dia pegang.

(Dalam hatiku berkata "Masyaa Allah saya kagum dengan semangatnya ukhtiku, dia ingin menghadiahkan cahaya kemuliaan bagi kedua orang tuanya, diakhirat nanti orang tuanya akan diangkat derajatnya oleh Allah dan dipasangkan mahkota kemuliaan berkat kegigihan anaknya, beruntungnya orang tua memiliki anak seperti dia.")

"Ukhti sampai mana mhi hapalanta ?," tanyanya kepadaku sambil membuka lembar demi lembar Alqurannya.

"Saya baru sampai sini ukhti.. Kalau kita sampai mana mhi ?," tanyaku.

Sambil menghitung-hitung surah Alquran "Ini tinggal 7 surah lagi baru sampai juz 30, Insyaa Allah bisa jhiqi selesaikan tahun ini sampai juz 30 kemudian merangkakki lagi ke juz 29,28. Insyaa Allah bisa jhi."

(Dalam hati aku berkata "Lincahnya ini ukhtiku, perasaan beberapa minggu sebelum ramadhan hapalan kita sama dan sekarang mendahului ku,").

"na'am ukhti... insyaa Allah bisa jhi itu ukhti yang penting yakin." ucapku dengan senyum yg optimis

"Semangatqi ukhti..., " ucapnya yang keluar dari mulut nya disertai semangat yang menyala-nyala dan sorot mata yang bersinar memancarkan semangat juga kepadaku."

Ruangan pengurusan BAAk tampak sedikit hening karna para laki laki semuanya bergegas untuk pergi sholat jumat, yang ada hanya mahasiswa perempuan yang duduk diruang tunggu maupun staf wanita yang stand by di ruang kerjanya. dan jam pun menunjukkan pukul 12:34

"Ukhti..  Kurasa sudah waktunya kita juga untuk sholat," kata ukhtiku.

"Saya pikir adzan ke dua ya ukh ? Karna ada yang pernah saya dengar adzan kedua baru bisa sholat." kataku .

"Sebenarnya adzan pertama kalau sudah waktunya sholat yaaa.. Bisa meki sholat dan masuk mhi juga waktunya,". Ucapnya.

"Ayo mhi pale ukhti," kataku sambil berdiri ingin meninggalkan tempat.

Lalu kami pun bergegas menuju Musholla dekat BAak dan mulai berwudhu kemudian sholat bersama.


0 komentar on "Cita-Cita Ukhtiku Menghapal 30 Juz"

Posting Komentar

Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer