Selasa, 30 Mei 2017

Sosok Pemuda Seperti Ayah


Sosok Pemuda Seperti Ayah
Oleh : Alya Rohalia

Perkenalkan namanya adalah Rahmah, Ayahnya adalah seorang professor dan guru besar di Universitas Mulawarman samarinda, Ibunya adalah seorang Ibu rumah tangga dan memiliki hobi menjahit pakaian, mereka adalah keluarga kecil yang bahagia . Rahmah tidak pernah kekurangan kasih sayang oleh kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya saling mencintai.

Setiap bulan mereka menyempatkan waktu untuk mengunjungi rumah neneknya dibontang hingga sepulangnya dari kunjungan, kejadian buruk itu terjadi , mobil yang mereka tumpangi bersama mengalami kecelakaan yang hebat , Rahmah dan Ibunya selamat dari kecelakaan tersebut meski terluka , tapi tidak dengan Ayahnya , Ayahnya meninggal  diusianya menginjak 8 th, hal itu yang mengiris dan mengguncang hati Rahmah dan Ibunya.

Disuatu malam....
“Ibu mengapa Ayah pergi terlalu cepat meninggalkan kita ?” kata Rahmah dengan buliran kristal bening terjatuh dimatanya.
“nak, ini takdir dari Allah, Allah sayang sama Ayahmu jadi Allah mengambilnya sekarang ?”
“tapi bu... Rahmah rindu sama Ayah”
“nak,setiap kamu rindu sama Ayah, berdoalah,,, semoga Ayah tenang dan bahagia di alam sana, kalau kamu menangis seperti ini Ayahmu juga disana pasti sedih melihatnya. Tidurlah nak, dan doakan Ayahmu”
“Iya bu” jawab Rahmah sambil menghapus air matanya.

Hari demi hari Rahmah menjalani hidup bersama Ibunya tanpa seorang sosok laki-laki , mereka tumbuh mandiri bersama, Ibu Rahmah dengan hobinya menjahit kini membuka toko pakaian dan menerima jahitan, Alhamdulillah penghasilan mereka cukup untuk biaya hidup dan pendidikan, Rahmah juga  rajin membantu Ibunya menjahit maupun pekerjaan rumah lainnya.

Rahmah tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik, cerdas, pintar dan tabah menjalani hidup, Selama hidup prestasi-prestasi banyak diraihnya diantaranya berturut-turut peringkat umum, memperoleh juara 1 lomba cerdas cermat, bahkan kuliah dia mendapatkan predikat menjadi mahasiswa lulusan terbaik. Semua pencapaian-pencapaian itu tidak lantas membuat Rahmah sombong dia tetap tawadhu.

“ini semua untuk Ayah, lihatlah Ayah,,, apa yang Rahmah berikan,” ucap Rahmah sambil memegang piala pencapaiannya meletakkannya didekat photo Ayahnya.
“Nak, Ayahmu pasti bangga disana, melihatmu seperti sekarang ini”
“ini berkat Ibu juga, Ibu yang sering memotivasi Rahmah sehingga Rahmah seperti ini, Ibu yang tangannya berdarah-darah akibat jarum jahitan, setiap darah dan peluh yang Ibu keluarkan adalah kekuatan bagi Rahmah untuk ingin mempersembahkan yang terbaik untuk Ibu dan almarhum Ayah , terima kasih bu,”ucapnya sambil berlari memeluk Ibunya.
“Nak, bagi Ibu engkau adalah anak yang baik dan berbakti, Ibu bangga sama kamu nak,” ucap Ibunya.
“Rahmah juga bangga punya Ibu yang begitu sayang sama Rahmah, biarlah kita seperti ini terus bu, tanpa ada sosok laki-laki yang melindungi” ucap Rahmah membuat bulir air matanya terjatuh.
“Nak,,, jangan berkata seperti itu, suatu saat kamu pasti akan menikah, Insyaa Allah Ibu yakin akan ada sosok laki-laki baik yang akan akan menjaga dan melindungi Rahmah serta sayang sama Rahmah dan Ibu,” ucap Ibunya.
“semoga laki-laki itu seperti Ayah bu,” Ucap Rahmah.
“Aaminn semoga nak”

Rahma adalah gadis yang cantik dan pintar sehingga banyak laki-laki yang menyukainya dan ingin menjadikan kekasihnya, namun tidak mudah bagi Rahmah untuk jatuh cinta pada sembarang laki-laki, ia belum menemukan sosok laki-laki yang seperti Ayahnya sampai pada suatu hari sepulangnya Rahmah dari kampus untuk mengurus ijazahnya tiba-tiba pencuri menerobos tas Rahma dan menambah laju kecepatan motornya

“tolong,,,, pencuri,,, jambret....” teriak Rahma.
Tiba-tiba datang laki-laki dari arah bersamaan mengatakan “tunggu disitu ya mbak”, sambil melaju kencang kendaraannya mengejar pencuri yang tadi.
(Sampai didekat danau mereka berhenti dan berkelahi disana antara pencuri dan pemuda yang tadi)
“hey ... tetap disitu, kembalikan tasnya ”ucap pemuda itu.
“tidak akan... langkahi dulu mayatku,” ucap sang pencuri sambil mengeluarkan pisau disaku celananya.
Kemudian pertarungan dimulai , mereka saling bertarung, pemuda itu terluka dibagian lengan namun berhasil mengambil tas wanita itu ditangan pencuri.
(Sekembalinya pemuda itu....)
“ini mbak tasnya,” ucap pemuda tersebut
“terima kasih ya mas, tangan mas terluka ? ayo kita kerumah mas, kebetulan rumah saya dekat beberapa meter dari sini, nanti saya balut lukanya, motor mas dititip ditempat photocopy sini insyaa Allah aman”
“iya mba,”sambil mengerang kesakitan memegang tangannya.
“bang,,, nitip motor teman saya yaa,” ucap Rahmah kepada tukang photocopy tadi.
“iya mbak,” jawab si tukang photocopy.
(sambil berjalan menuju rumah)
“mas masih kuliah ? sudah lulus, atau sudah kerja ?,”
“saya sebenarnya sudah lulus mbak s1 saya 3 tahun yang lalu di kampus tersebut, dan saya juga baru-baru ini menyelesaikan kuliah s2 saya dipascasarjananya ”
“terus mau mengurus apa dikampus tadi?”
“saya mau mengurus berkas-berkas, saya dapat tawaran menjadi dosen disana oleh pak rektor”
“wah bagus itu mas”
 (sesampainya dirumah)
“assalamu alaikum bu” ucap Rahmah kepada Ibunya
“Waalaikum salam, masuk nak, Rahmah itu siapa ?”
“ini pemuda yang nolongin Rahmah waktu hampir dicuri”
“kamu balut segera lukanya, Ibu mau kedapur dulu buat masak”
“Iya bu” ucap Rahmah
“mas kamu duduk dulu dikursi, saya mau ambilkan perbannya,” ucap Rahmah sambil berjalan menuju dapur.
(sekembalinya dari mengambil perban)
“mas dari kita mengobrol , tapi saya belum tau nama, kalau boleh tau namanya siapa ?” ucap Rahmah sambil membalut luka pemuda tersebut.
“nama saya Muhammad Firdaus tapi bisa dipanggil Firdaus, kalau mbak sendiri ?”
“nama yang bagus seperti penghuni surga, kalau saya Siti Rahmah tapi bisa dipanggil Rahmah saja”
Setelah luka pemuda itu dibalut, pemuda tersebut berjalan ke arah piala-piala dan tempat terpajangnya photo-photo keluarga Rahmah, melihat photo-photo tersebut membuatnya mengenang masa-masa lalu, masa kecil pemuda tersebut.
“mbak , saya baru tau ternyata selain cantik dan baik hati, mbak juga mempunyai segudang prestasi”
“itu untuk Ayah saya mas yang sudah meninggal”
“mbak pasti sedih ya ? saya juga merasakan hal yang sama , saya kehilangan Ibu saya pada saat masih kecil, sampai sekarang saya sudah lama tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu, pasti sangat berat ya mbak kehilangan orang yang kita cintai dalam hidup ini”
“iya mas terkadang saya rindu dan iri melihat teman-teman bercanda dengan Ayahnya tetapi saya juga bersyukur saya masih memiliki seorang Ibu yang begitu luar biasa mampu berdiri meskipun tanpa ada sosok laki-laki yang mendampingi”
(tiba-tiba Ibu datang)
“kalian lagi ngomongin apa ? ngomongin Ibu ya ? ayooo kalian makan dulu, Ibu sudah siapin makan siang hari ini” ucap ibunya.
(kemudian mereka bersama-sama berjalan menuju meja makan dan makan siang bersama)

Seiring berjalannya waktu, mereka berdua saling akrab dan saling jatuh cinta berkat pertemuan itu, Rahmah mulai menyadari begitu banyak hal-hal yang dimiliki Firdaus persis dengan almarhum Ayahnya dulu, mulai dari cara tertawa, kesukaan, dan watak Firdaus yang suka menolong, persis dengan mendiang Ayahnya. Begitupun Firdaus menyadari bahwa Rahmah juga seperti sosok Ibunya yang lembut, sabar, dan juga cerdas.

Firdaus kini yakin ingin menjadikan Rahmah sebagai istrinya, begitupun Rahmah ingin bersuamikan laki-laki seperti Firdaus. Keyakinan mereka berdua membuat mereka ingin membangun rumah tangga bersama. Selain meyakinkan Rahmah, firdaus juga mampu meyakinkan Ibunya Rahmah.

“Ibu saya memang bukan laki-laki yang memiliki kuasa bak seorang raja, bukan laki-laki yang tampan rupawan, meskipun penghasilan saya sebagai dosen honorer dan penjual buku tidaklah seberapa tetapi insyaa Allah tidak akan membuat Ibu dan anak Ibu kelaparan, mohon restui kami,” ucap Firdaus kepada Ibu Rahmah
“dari pertama kali Ibu melihatmu nak yang menolong Rahmah waktu itu, Ibu sudah berharap kamu menjadi menantu Ibu kelak, dan akhirnya keinginan Ibu tercapai, mohon kamu bahagiakan Rahmah, jaga dan lindungi dia, jangan sakiti hatinya”
“saya janji Ibu, saya akan berusaha membahagiakan Rahmah dan juga Ibu, saya akan menjadi sosok laki laki yang bisa diandalkan, saya ingin menjaga dan melindungi kalian berdua.


Akhirnya mereka berdua menyepakati tanggal pernikahan dengan komunikasi kedua belah pihak keluarga dan mempersiapkan hal-hal yang dIbutuhkan selama pernikahan berlansung, ketika hari pernikahan itu tiba mereka berdua bak seorang pangeran dan putri , ucapan selamat ramai berdatangan , mereka berdua adalah pasangan yang serasi . diujung balik tirai panggung pengantin tersebut air mata Ibu Rahmah bersembunyi , diam-diam meneteskan air mata haru menyaksikan pernikahan putrinya “semoga sosok pemuda yang mendampingimu saat ini adalah sosok yang engkau impikan nak, yang bisa menjaga, melindungi, dan membahagiakanmu seperti almarhum Ayahmu dulu”


0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 30 Mei 2017

Sosok Pemuda Seperti Ayah

Diposting oleh Unknown di 04.25
Sosok Pemuda Seperti Ayah
Oleh : Alya Rohalia

Perkenalkan namanya adalah Rahmah, Ayahnya adalah seorang professor dan guru besar di Universitas Mulawarman samarinda, Ibunya adalah seorang Ibu rumah tangga dan memiliki hobi menjahit pakaian, mereka adalah keluarga kecil yang bahagia . Rahmah tidak pernah kekurangan kasih sayang oleh kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya saling mencintai.

Setiap bulan mereka menyempatkan waktu untuk mengunjungi rumah neneknya dibontang hingga sepulangnya dari kunjungan, kejadian buruk itu terjadi , mobil yang mereka tumpangi bersama mengalami kecelakaan yang hebat , Rahmah dan Ibunya selamat dari kecelakaan tersebut meski terluka , tapi tidak dengan Ayahnya , Ayahnya meninggal  diusianya menginjak 8 th, hal itu yang mengiris dan mengguncang hati Rahmah dan Ibunya.

Disuatu malam....
“Ibu mengapa Ayah pergi terlalu cepat meninggalkan kita ?” kata Rahmah dengan buliran kristal bening terjatuh dimatanya.
“nak, ini takdir dari Allah, Allah sayang sama Ayahmu jadi Allah mengambilnya sekarang ?”
“tapi bu... Rahmah rindu sama Ayah”
“nak,setiap kamu rindu sama Ayah, berdoalah,,, semoga Ayah tenang dan bahagia di alam sana, kalau kamu menangis seperti ini Ayahmu juga disana pasti sedih melihatnya. Tidurlah nak, dan doakan Ayahmu”
“Iya bu” jawab Rahmah sambil menghapus air matanya.

Hari demi hari Rahmah menjalani hidup bersama Ibunya tanpa seorang sosok laki-laki , mereka tumbuh mandiri bersama, Ibu Rahmah dengan hobinya menjahit kini membuka toko pakaian dan menerima jahitan, Alhamdulillah penghasilan mereka cukup untuk biaya hidup dan pendidikan, Rahmah juga  rajin membantu Ibunya menjahit maupun pekerjaan rumah lainnya.

Rahmah tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik, cerdas, pintar dan tabah menjalani hidup, Selama hidup prestasi-prestasi banyak diraihnya diantaranya berturut-turut peringkat umum, memperoleh juara 1 lomba cerdas cermat, bahkan kuliah dia mendapatkan predikat menjadi mahasiswa lulusan terbaik. Semua pencapaian-pencapaian itu tidak lantas membuat Rahmah sombong dia tetap tawadhu.

“ini semua untuk Ayah, lihatlah Ayah,,, apa yang Rahmah berikan,” ucap Rahmah sambil memegang piala pencapaiannya meletakkannya didekat photo Ayahnya.
“Nak, Ayahmu pasti bangga disana, melihatmu seperti sekarang ini”
“ini berkat Ibu juga, Ibu yang sering memotivasi Rahmah sehingga Rahmah seperti ini, Ibu yang tangannya berdarah-darah akibat jarum jahitan, setiap darah dan peluh yang Ibu keluarkan adalah kekuatan bagi Rahmah untuk ingin mempersembahkan yang terbaik untuk Ibu dan almarhum Ayah , terima kasih bu,”ucapnya sambil berlari memeluk Ibunya.
“Nak, bagi Ibu engkau adalah anak yang baik dan berbakti, Ibu bangga sama kamu nak,” ucap Ibunya.
“Rahmah juga bangga punya Ibu yang begitu sayang sama Rahmah, biarlah kita seperti ini terus bu, tanpa ada sosok laki-laki yang melindungi” ucap Rahmah membuat bulir air matanya terjatuh.
“Nak,,, jangan berkata seperti itu, suatu saat kamu pasti akan menikah, Insyaa Allah Ibu yakin akan ada sosok laki-laki baik yang akan akan menjaga dan melindungi Rahmah serta sayang sama Rahmah dan Ibu,” ucap Ibunya.
“semoga laki-laki itu seperti Ayah bu,” Ucap Rahmah.
“Aaminn semoga nak”

Rahma adalah gadis yang cantik dan pintar sehingga banyak laki-laki yang menyukainya dan ingin menjadikan kekasihnya, namun tidak mudah bagi Rahmah untuk jatuh cinta pada sembarang laki-laki, ia belum menemukan sosok laki-laki yang seperti Ayahnya sampai pada suatu hari sepulangnya Rahmah dari kampus untuk mengurus ijazahnya tiba-tiba pencuri menerobos tas Rahma dan menambah laju kecepatan motornya

“tolong,,,, pencuri,,, jambret....” teriak Rahma.
Tiba-tiba datang laki-laki dari arah bersamaan mengatakan “tunggu disitu ya mbak”, sambil melaju kencang kendaraannya mengejar pencuri yang tadi.
(Sampai didekat danau mereka berhenti dan berkelahi disana antara pencuri dan pemuda yang tadi)
“hey ... tetap disitu, kembalikan tasnya ”ucap pemuda itu.
“tidak akan... langkahi dulu mayatku,” ucap sang pencuri sambil mengeluarkan pisau disaku celananya.
Kemudian pertarungan dimulai , mereka saling bertarung, pemuda itu terluka dibagian lengan namun berhasil mengambil tas wanita itu ditangan pencuri.
(Sekembalinya pemuda itu....)
“ini mbak tasnya,” ucap pemuda tersebut
“terima kasih ya mas, tangan mas terluka ? ayo kita kerumah mas, kebetulan rumah saya dekat beberapa meter dari sini, nanti saya balut lukanya, motor mas dititip ditempat photocopy sini insyaa Allah aman”
“iya mba,”sambil mengerang kesakitan memegang tangannya.
“bang,,, nitip motor teman saya yaa,” ucap Rahmah kepada tukang photocopy tadi.
“iya mbak,” jawab si tukang photocopy.
(sambil berjalan menuju rumah)
“mas masih kuliah ? sudah lulus, atau sudah kerja ?,”
“saya sebenarnya sudah lulus mbak s1 saya 3 tahun yang lalu di kampus tersebut, dan saya juga baru-baru ini menyelesaikan kuliah s2 saya dipascasarjananya ”
“terus mau mengurus apa dikampus tadi?”
“saya mau mengurus berkas-berkas, saya dapat tawaran menjadi dosen disana oleh pak rektor”
“wah bagus itu mas”
 (sesampainya dirumah)
“assalamu alaikum bu” ucap Rahmah kepada Ibunya
“Waalaikum salam, masuk nak, Rahmah itu siapa ?”
“ini pemuda yang nolongin Rahmah waktu hampir dicuri”
“kamu balut segera lukanya, Ibu mau kedapur dulu buat masak”
“Iya bu” ucap Rahmah
“mas kamu duduk dulu dikursi, saya mau ambilkan perbannya,” ucap Rahmah sambil berjalan menuju dapur.
(sekembalinya dari mengambil perban)
“mas dari kita mengobrol , tapi saya belum tau nama, kalau boleh tau namanya siapa ?” ucap Rahmah sambil membalut luka pemuda tersebut.
“nama saya Muhammad Firdaus tapi bisa dipanggil Firdaus, kalau mbak sendiri ?”
“nama yang bagus seperti penghuni surga, kalau saya Siti Rahmah tapi bisa dipanggil Rahmah saja”
Setelah luka pemuda itu dibalut, pemuda tersebut berjalan ke arah piala-piala dan tempat terpajangnya photo-photo keluarga Rahmah, melihat photo-photo tersebut membuatnya mengenang masa-masa lalu, masa kecil pemuda tersebut.
“mbak , saya baru tau ternyata selain cantik dan baik hati, mbak juga mempunyai segudang prestasi”
“itu untuk Ayah saya mas yang sudah meninggal”
“mbak pasti sedih ya ? saya juga merasakan hal yang sama , saya kehilangan Ibu saya pada saat masih kecil, sampai sekarang saya sudah lama tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu, pasti sangat berat ya mbak kehilangan orang yang kita cintai dalam hidup ini”
“iya mas terkadang saya rindu dan iri melihat teman-teman bercanda dengan Ayahnya tetapi saya juga bersyukur saya masih memiliki seorang Ibu yang begitu luar biasa mampu berdiri meskipun tanpa ada sosok laki-laki yang mendampingi”
(tiba-tiba Ibu datang)
“kalian lagi ngomongin apa ? ngomongin Ibu ya ? ayooo kalian makan dulu, Ibu sudah siapin makan siang hari ini” ucap ibunya.
(kemudian mereka bersama-sama berjalan menuju meja makan dan makan siang bersama)

Seiring berjalannya waktu, mereka berdua saling akrab dan saling jatuh cinta berkat pertemuan itu, Rahmah mulai menyadari begitu banyak hal-hal yang dimiliki Firdaus persis dengan almarhum Ayahnya dulu, mulai dari cara tertawa, kesukaan, dan watak Firdaus yang suka menolong, persis dengan mendiang Ayahnya. Begitupun Firdaus menyadari bahwa Rahmah juga seperti sosok Ibunya yang lembut, sabar, dan juga cerdas.

Firdaus kini yakin ingin menjadikan Rahmah sebagai istrinya, begitupun Rahmah ingin bersuamikan laki-laki seperti Firdaus. Keyakinan mereka berdua membuat mereka ingin membangun rumah tangga bersama. Selain meyakinkan Rahmah, firdaus juga mampu meyakinkan Ibunya Rahmah.

“Ibu saya memang bukan laki-laki yang memiliki kuasa bak seorang raja, bukan laki-laki yang tampan rupawan, meskipun penghasilan saya sebagai dosen honorer dan penjual buku tidaklah seberapa tetapi insyaa Allah tidak akan membuat Ibu dan anak Ibu kelaparan, mohon restui kami,” ucap Firdaus kepada Ibu Rahmah
“dari pertama kali Ibu melihatmu nak yang menolong Rahmah waktu itu, Ibu sudah berharap kamu menjadi menantu Ibu kelak, dan akhirnya keinginan Ibu tercapai, mohon kamu bahagiakan Rahmah, jaga dan lindungi dia, jangan sakiti hatinya”
“saya janji Ibu, saya akan berusaha membahagiakan Rahmah dan juga Ibu, saya akan menjadi sosok laki laki yang bisa diandalkan, saya ingin menjaga dan melindungi kalian berdua.


Akhirnya mereka berdua menyepakati tanggal pernikahan dengan komunikasi kedua belah pihak keluarga dan mempersiapkan hal-hal yang dIbutuhkan selama pernikahan berlansung, ketika hari pernikahan itu tiba mereka berdua bak seorang pangeran dan putri , ucapan selamat ramai berdatangan , mereka berdua adalah pasangan yang serasi . diujung balik tirai panggung pengantin tersebut air mata Ibu Rahmah bersembunyi , diam-diam meneteskan air mata haru menyaksikan pernikahan putrinya “semoga sosok pemuda yang mendampingimu saat ini adalah sosok yang engkau impikan nak, yang bisa menjaga, melindungi, dan membahagiakanmu seperti almarhum Ayahmu dulu”


0 komentar on "Sosok Pemuda Seperti Ayah"

Posting Komentar

Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer