Oleh : Alya Rohalia
Perkenalkan
namanya adalah Rahmah, Ayahnya adalah seorang professor dan guru besar di
Universitas Mulawarman samarinda, Ibunya adalah seorang Ibu rumah tangga dan
memiliki hobi menjahit pakaian, mereka adalah keluarga kecil yang bahagia . Rahmah
tidak pernah kekurangan kasih sayang oleh kedua orang tuanya, Ayah dan Ibunya
saling mencintai.
Setiap
bulan mereka menyempatkan waktu untuk mengunjungi rumah neneknya dibontang hingga
sepulangnya dari kunjungan, kejadian buruk itu terjadi , mobil yang mereka
tumpangi bersama mengalami kecelakaan yang hebat , Rahmah dan Ibunya selamat
dari kecelakaan tersebut meski terluka , tapi tidak dengan Ayahnya , Ayahnya
meninggal diusianya menginjak 8 th, hal
itu yang mengiris dan mengguncang hati Rahmah dan Ibunya.
Disuatu malam....
“Ibu
mengapa Ayah pergi terlalu cepat meninggalkan kita ?” kata Rahmah dengan
buliran kristal bening terjatuh dimatanya.
“nak,
ini takdir dari Allah, Allah sayang sama Ayahmu jadi Allah mengambilnya
sekarang ?”
“tapi
bu... Rahmah rindu sama Ayah”
“nak,setiap
kamu rindu sama Ayah, berdoalah,,, semoga Ayah tenang dan bahagia di alam sana,
kalau kamu menangis seperti ini Ayahmu juga disana pasti sedih melihatnya.
Tidurlah nak, dan doakan Ayahmu”
“Iya
bu” jawab Rahmah sambil menghapus air matanya.
Hari
demi hari Rahmah menjalani hidup bersama Ibunya tanpa seorang sosok laki-laki ,
mereka tumbuh mandiri bersama, Ibu Rahmah dengan hobinya menjahit kini membuka
toko pakaian dan menerima jahitan, Alhamdulillah penghasilan mereka cukup untuk
biaya hidup dan pendidikan, Rahmah juga
rajin membantu Ibunya menjahit maupun pekerjaan rumah lainnya.
Rahmah
tumbuh menjadi gadis dewasa yang cantik, cerdas, pintar dan tabah menjalani
hidup, Selama hidup prestasi-prestasi banyak diraihnya diantaranya
berturut-turut peringkat umum, memperoleh juara 1 lomba cerdas cermat, bahkan
kuliah dia mendapatkan predikat menjadi mahasiswa lulusan terbaik. Semua
pencapaian-pencapaian itu tidak lantas membuat Rahmah sombong dia tetap
tawadhu.
“ini
semua untuk Ayah, lihatlah Ayah,,, apa yang Rahmah berikan,” ucap Rahmah sambil
memegang piala pencapaiannya meletakkannya didekat photo Ayahnya.
“Nak,
Ayahmu pasti bangga disana, melihatmu seperti sekarang ini”
“ini
berkat Ibu juga, Ibu yang sering memotivasi Rahmah sehingga Rahmah seperti ini,
Ibu yang tangannya berdarah-darah akibat jarum jahitan, setiap darah dan peluh
yang Ibu keluarkan adalah kekuatan bagi Rahmah untuk ingin mempersembahkan yang
terbaik untuk Ibu dan almarhum Ayah , terima kasih bu,”ucapnya sambil berlari
memeluk Ibunya.
“Nak,
bagi Ibu engkau adalah anak yang baik dan berbakti, Ibu bangga sama kamu nak,”
ucap Ibunya.
“Rahmah
juga bangga punya Ibu yang begitu sayang sama Rahmah, biarlah kita seperti ini
terus bu, tanpa ada sosok laki-laki yang melindungi” ucap Rahmah membuat bulir
air matanya terjatuh.
“Nak,,,
jangan berkata seperti itu, suatu saat kamu pasti akan menikah, Insyaa Allah Ibu
yakin akan ada sosok laki-laki baik yang akan akan menjaga dan melindungi Rahmah
serta sayang sama Rahmah dan Ibu,” ucap Ibunya.
“semoga
laki-laki itu seperti Ayah bu,” Ucap Rahmah.
“Aaminn
semoga nak”
Rahma
adalah gadis yang cantik dan pintar sehingga banyak laki-laki yang menyukainya
dan ingin menjadikan kekasihnya, namun tidak mudah bagi Rahmah untuk jatuh
cinta pada sembarang laki-laki, ia belum menemukan sosok laki-laki yang seperti
Ayahnya sampai pada suatu hari sepulangnya Rahmah dari kampus untuk mengurus
ijazahnya tiba-tiba pencuri menerobos tas Rahma dan menambah laju kecepatan
motornya
“tolong,,,,
pencuri,,, jambret....” teriak Rahma.
Tiba-tiba datang
laki-laki dari arah bersamaan mengatakan “tunggu disitu ya mbak”, sambil melaju
kencang kendaraannya mengejar pencuri yang tadi.
(Sampai didekat danau
mereka berhenti dan berkelahi disana antara pencuri dan pemuda yang tadi)
“hey
... tetap disitu, kembalikan tasnya ”ucap pemuda itu.
“tidak
akan... langkahi dulu mayatku,” ucap sang pencuri sambil mengeluarkan pisau
disaku celananya.
Kemudian pertarungan
dimulai , mereka saling bertarung, pemuda itu terluka dibagian lengan namun
berhasil mengambil tas wanita itu ditangan pencuri.
(Sekembalinya pemuda itu....)
“ini
mbak tasnya,” ucap pemuda tersebut
“terima
kasih ya mas, tangan mas terluka ? ayo kita kerumah mas, kebetulan rumah saya
dekat beberapa meter dari sini, nanti saya balut lukanya, motor mas dititip
ditempat photocopy sini insyaa Allah aman”
“iya
mba,”sambil mengerang kesakitan memegang tangannya.
“bang,,,
nitip motor teman saya yaa,” ucap Rahmah kepada tukang photocopy tadi.
“iya
mbak,” jawab si tukang photocopy.
(sambil berjalan menuju
rumah)
“mas
masih kuliah ? sudah lulus, atau sudah kerja ?,”
“saya
sebenarnya sudah lulus mbak s1 saya 3 tahun yang lalu di kampus tersebut, dan
saya juga baru-baru ini menyelesaikan kuliah s2 saya dipascasarjananya ”
“terus
mau mengurus apa dikampus tadi?”
“saya
mau mengurus berkas-berkas, saya dapat tawaran menjadi dosen disana oleh pak
rektor”
“wah
bagus itu mas”
(sesampainya dirumah)
“assalamu
alaikum bu” ucap Rahmah kepada Ibunya
“Waalaikum
salam, masuk nak, Rahmah itu siapa ?”
“ini
pemuda yang nolongin Rahmah waktu hampir dicuri”
“kamu
balut segera lukanya, Ibu mau kedapur dulu buat masak”
“Iya
bu” ucap Rahmah
“mas
kamu duduk dulu dikursi, saya mau ambilkan perbannya,” ucap Rahmah sambil
berjalan menuju dapur.
(sekembalinya dari
mengambil perban)
“mas
dari kita mengobrol , tapi saya belum tau nama, kalau boleh tau namanya siapa ?”
ucap Rahmah sambil membalut luka pemuda tersebut.
“nama
saya Muhammad Firdaus tapi bisa dipanggil Firdaus, kalau mbak sendiri ?”
“nama
yang bagus seperti penghuni surga, kalau saya Siti Rahmah tapi bisa dipanggil Rahmah
saja”
Setelah
luka pemuda itu dibalut, pemuda tersebut berjalan ke arah piala-piala dan
tempat terpajangnya photo-photo keluarga Rahmah, melihat photo-photo tersebut
membuatnya mengenang masa-masa lalu, masa kecil pemuda tersebut.
“mbak
, saya baru tau ternyata selain cantik dan baik hati, mbak juga mempunyai segudang
prestasi”
“itu
untuk Ayah saya mas yang sudah meninggal”
“mbak
pasti sedih ya ? saya juga merasakan hal yang sama , saya kehilangan Ibu saya
pada saat masih kecil, sampai sekarang saya sudah lama tidak pernah merasakan
kasih sayang seorang Ibu, pasti sangat berat ya mbak kehilangan orang yang kita
cintai dalam hidup ini”
“iya
mas terkadang saya rindu dan iri melihat teman-teman bercanda dengan Ayahnya
tetapi saya juga bersyukur saya masih memiliki seorang Ibu yang begitu luar
biasa mampu berdiri meskipun tanpa ada sosok laki-laki yang mendampingi”
(tiba-tiba Ibu datang)
“kalian
lagi ngomongin apa ? ngomongin Ibu ya ? ayooo kalian makan dulu, Ibu sudah
siapin makan siang hari ini” ucap ibunya.
(kemudian mereka
bersama-sama berjalan menuju meja makan dan makan siang bersama)
Seiring
berjalannya waktu, mereka berdua saling akrab dan saling jatuh cinta berkat
pertemuan itu, Rahmah mulai menyadari begitu banyak hal-hal yang dimiliki Firdaus
persis dengan almarhum Ayahnya dulu, mulai dari cara tertawa, kesukaan, dan
watak Firdaus yang suka menolong, persis dengan mendiang Ayahnya. Begitupun Firdaus
menyadari bahwa Rahmah juga seperti sosok Ibunya yang lembut, sabar, dan juga
cerdas.
Firdaus
kini yakin ingin menjadikan Rahmah sebagai istrinya, begitupun Rahmah ingin
bersuamikan laki-laki seperti Firdaus. Keyakinan mereka berdua membuat mereka
ingin membangun rumah tangga bersama. Selain meyakinkan Rahmah, firdaus juga
mampu meyakinkan Ibunya Rahmah.
“Ibu
saya memang bukan laki-laki yang memiliki kuasa bak seorang raja, bukan
laki-laki yang tampan rupawan, meskipun penghasilan saya sebagai dosen honorer
dan penjual buku tidaklah seberapa tetapi insyaa Allah tidak akan membuat Ibu
dan anak Ibu kelaparan, mohon restui kami,” ucap Firdaus kepada Ibu Rahmah
“dari
pertama kali Ibu melihatmu nak yang menolong Rahmah waktu itu, Ibu sudah
berharap kamu menjadi menantu Ibu kelak, dan akhirnya keinginan Ibu tercapai,
mohon kamu bahagiakan Rahmah, jaga dan lindungi dia, jangan sakiti hatinya”
“saya
janji Ibu, saya akan berusaha membahagiakan Rahmah dan juga Ibu, saya akan
menjadi sosok laki laki yang bisa diandalkan, saya ingin menjaga dan melindungi
kalian berdua.
Akhirnya
mereka berdua menyepakati tanggal pernikahan dengan komunikasi kedua belah
pihak keluarga dan mempersiapkan hal-hal yang dIbutuhkan selama pernikahan
berlansung, ketika hari pernikahan itu tiba mereka berdua bak seorang pangeran
dan putri , ucapan selamat ramai berdatangan , mereka berdua adalah pasangan
yang serasi . diujung balik tirai panggung pengantin tersebut air mata Ibu Rahmah
bersembunyi , diam-diam meneteskan air mata haru menyaksikan pernikahan putrinya
“semoga sosok pemuda yang mendampingimu saat ini adalah sosok yang engkau
impikan nak, yang bisa menjaga, melindungi, dan membahagiakanmu seperti
almarhum Ayahmu dulu”
0 komentar:
Posting Komentar