Selasa, 30 Mei 2017

Jika saja ayah dan ibu tidak bercerai


JIKA SAJA AYAH DAN IBU TIDAK BERCERAI
Oleh : Alya Rohalia

Ini adalah cerita tentang seorang gadis yang bernama Adibah.  Adibah adalah anak yang baik, sabar, pintar, cerdas,  aktif, dan bijaksana diusianya yang masih muda. Sejak kecil ibu dan ayah tirinya bercerai diumurnya yang masih sangat belia yaitu umur 5th dan kakaknya berumur 10th, ayah dan ibu kandungnya sekarang masing-masing telah menikah , dulu Adibah dan kakaknya mengikut dengan ibu kandung dan ayah tirinya namun karna ayah  tirinya tidak menyukai Adibah dan kakaknya akhirnya ibu kandung Adibah memberi hak asuh kepada saudaranya yaitu om Adibah, Adibah dan kakaknya diasuh sampai sekarang oleh om dan tantenya dengan penuh cinta dan sudah dianggap seperti anak sendiri.

Kebencian Adibah terhadap ibunya berlanjut sampai ia kuliah, sesekali ibu kandung Adibah menjenguk dia dan kakaknya namun kebencian didalam hatinya tak bisa ditepiskan , pernah suatu hari ibu Adibah menjenguknya:

“Nak ibu bawakan kamu makanan kesukaanmu , kata tantemu kamu sangat menyukai pecel dan ikan lele, ini ibu tumiskan dengan bumbu khas dari keluarga suami ibu” kata ibunya.

“Maaf bu, tapi Adibah lebih suka makan makanan masakan tante, masakan tante begitu enak,” Jawab Adibah.

“kamu jangan begitu Adibah, masakan ibumu tidak jauh lebih enak dari masakan tante, kamu saja belum mencobanya” kata tante Adibah.

“(sambil tersenyum) yaaa... udah kalau Adibah tidak mau makan ikan lele sama pecelnya ibu, ini ada oleh-oleh khas mandar yang dibawah suami ibu kemarin dari mamuju, kata suami ibu “berikan sebagian kepada Adibah, siapa tau dia menyukainya.” Kamu coba ya nak kuenya”. Kata ibu adibah sambil mengulurkan sepotong kue untuk Adibah.
“tumbengan, suami ibu begitu peduli dengan Adibah ? bukankah dia tidak suka dengan Adibah dan kakak ? kenapa dia begitu perhatian dan memberikan oleh-oleh ini kepada Adibah ?” jawab adibah dengan nada sinis.

“sudahlah nak, setiap manusia juga mempunyai hati nurani, tak selamanya hatinya selalu keras kadang ia bisa menjadi lunak, ibu pamit pulang dulu, jaga kesehatan, kamu jangan lupa makan agar penyakit maag kamu tidak kambuh, nurut sama om dan tante dan jangan melawan , belajar yang baik, nanti ibu kembali lagi menjenguk Adibah”. Kata Ibu Adibah sambil berdiri bersiap-siap untuk pamit.

“kakak ipar jangan khawatir, selama ini Adibah makannya baik dan selalu teratur, Adibah juga tiap malam rajin belajar sehingga nilainya selalu bagus , Adibah juga orangnya penurut sama om dan tantenya” Jawab tante Adibah.
(Sepulang nya ibu Adibah kerumah...)
“Adibah sayang, kamu kenapa kok ngomong seperti itu sama ibu sendiri ? hati ibu kamu pasti sedih :’( “ kata tante Adibah.

“tapi tante, apakah ibu Adibah tau kalau selama ini juga Adibah begitu sedih , bertahun-tahun Adibah menyimpan luka dan kesedihan Adibah semenjak ibu dan ayah bercerai.

“sudahlah sayang, tante mengerti apa yang Adibah rasakan serta ibu Adibah rasakan, jika saja saya berada diposisi ibu Adibah sekarang mungkin berat untuk memutuskannya, terlebih lagi ibu Adibah masih sangat sayang Adibah jika saja ibu Adibah tidak sayang sama Adibah dan kakak mungkin Adibah dan kakak sudah ditelantarkan dari dulu dipanti asuhan dan tidak diasuh oleh om dan tante,”jawab tantenya.
“tante... jika saja dulu ibu dan ayah tidak bercerai mungkin Adibah bisa hidup menjadi anak yang beruntung dan bahagia, dulu rumah Adibah begitu luas dan besar waktu ayah tiri dan ibu belum bercerai , saya dan kakak sering kejar-kejaran didalam rumah , ibu memasakan masakan kesukaan ayah, ketika ayah pulang dari bekerja, saya dan kakak berlarian kearahnya kemudian kami digendong dan makan malam bersama, ibu selalu memijat ayah, memanaskan air panas, ibu begitu memperhatikan ayah, tak lupa ketika ayah sedang libur kantor, ayah selalu mengajak kami liburan dikebun binatang, taman ataupun tempat-tempat rekreasi lainnya, saya masih ingat itu semua tante, saya merindukan kebersamaan itu, ayah setiap gajian selalu membelikan Adibah dan kakak mainan serta pakaian baru, jika saja waktu itu.....”. Kata Adibah sehingga membuat bulir air matanya terjatuh.`

“tapi sayang jika saja ayah dan ibumu tidak bercerai mungkin saja Adibah tidak akan menjadi sosok wanita yang kuat dan tangguh seperti sekarang ini. Adibah akan tumbuh menjadi anak yang manja, jadikan semua itu motivasi bagi Adibah untuk terus belajar dan berusaha sehingga membuat ayah dan ibu Adibah bangga begitupun om dan tante, tante yakin Adibah pasti sukses dalam hidup ”. Kata tante Adibah

“Tante benar juga, Jika saja ibu dan ayah tidak bercerai .....”ucap Adibah.

“Sini sayang mendekap sama tante”  kata tante sambil memeluk dan membelai pundak Adibah.

“tante... Adibah tidak tau apa-apa waktu itu, yang Adibah lihat ibu dan ayah saling bertengkar hebat, ibu mencoba pergi mengambil tas dan memasukkan baju-bajunya kedalam koper, ayah dengan nada setengah marah berusaha untuk tetap tenang dan mencegah ibu pergi namun usaha ayah sia-sia ibu tetap menginginkan cerai dan pergi”.

“yang sabar sayang”

“tante waktu itu, setiap kali ibu dan ayah bertengkar Adibah nangis dipojokan kamar dekat dengan WC saat itu kakak datang memeluk Adibah dan mencoba menenangkan Adibah seperti apa yang dilakukan tante sekarang, kami berdua saling memikirkan nasib kedepannya jika ayah dan ibu bercerai”

“tante paham apa yang Adibah rasakan, pasti itu sangat berat untuk Adibah tetapi masih banyak hal yang perlu Adibah syukuri , jangan sedih sayangku”

“ sungguh tante dan om sangat begitu baik kepada Adibah, Adibah begitu bersyukur tante dan om sudah seperti orang tua Adibah sendiri , Adibah tidak pernah kekurangan kasih sayang dan pendidikan, Adibah sudah mendapatkan itu semua dari om dan tante, tetapi tante kenapa orang tua begitu mudahnya untuk bercerai, jika saja mereka mencintai Adibah dan kakak pasti mereka berusaha mempertahankan rumah tangganya untuk anak-anaknya ?”

“sayangku, terkadang ada hal yang perlu kita mengerti, itu urusan orang tua dan tidak semua orang tua sama pemikirannya, cinta memang tak selamanya tumbuh sayang, terkadang ada titik kejenuhan dan konflik dalam urusan rumah tangga makanya sekuat apapun konflik yang menimpa dibutuhkan komitmen sejak awal untuk saling mempertahankan keutuhan rumah tangga, suatu saat Adibah pasti tau dan mengerti”.

“iya tante terima kasih untuk semuanya” kata Adibah sambil mengembangkan senyum dibibirnya.

“sama-sama sayang” jawab tante sambil membalas senyum Adibah.

Adibah memang anak yang berjiwa baik, tante dan om’nya adalah sosok yang agamis, om’nya adalah ketua dari salah satu ormas islam, selain itu om Adibah juga ketua para petani dikampungnya, Adibah dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang kental akan nilai agama tetapi masa remaja Adibah seperti kebanyakan anak-anak remaja yang lain yang masih dalam proses pencarian jati diri, Adibah juga berpacar-pacaran seperti anak seusianya tanpa ketahuan om dan tantenya, Adibah begitu aktif bergaul, mempunyai banyak teman baik itu laki-laki maupun perempuan, Adibah juga mencintai kebebasan dan tidak ingin dikekang seperti kebanyakan anak seusianya tetapi meskipun begitu Adibah tetaplah Adibah yang begitu dewasa dari usianya, ia pandai membatasi diri dan pandai memilih teman bergaul.

Adibah lulus murni di salah satu perguruan tinggi negeri dikota makassar dengan jalur beasiswa dan mengambil jurusan pertanian. Bukankah itu impian setiap orang ?. Adibah tak perlu khawatir dengan biaya kuliahnya karna mendapat tunjangan beasiswa dan kakaknya yang sudah lulus kuliah juga  sudah mulai bekerja dan selalu mengirim uang untuk keperluan harian Adibah .

Awal mulanya dikampus, Adibah dikenalkan dengan lembaga dakwah fakultas disanalah awal Adibah menuntut ilmu islam dilembaga internal tersebut meskipun bukan dari universitas islam, Adibah mudah belajar  bukan hanya ilmu dunia tetapi juga ilmu akhirat, seiring berjalannya waktu kini Adibah mulai hijrah meninggalkan semua kebiasaan-kebiasaan buruknya, Adibah mulai mengenakan pakaian syar’i dan meninggalkan kerudung pendeknya, Adibah kini mulai memutuskan pacarnya dan cintanya kini tertuju pada Allah, Adibah membatasi pergaulannya dengan lawan jenisnya, Adibah kini lebih taat dan konsisten serta isiqomah menjalani agamanya, Adibah mulai belajar menata hati, membuang segala sifat, benci, iri, dendam dll yang merusak hatinya selama bertahun-tahun menjadi sifat ikhlas, memaafkan, dan ridho akan ketentuannya.

Kini hubungan Adibah dan ibu kandungnya semakin membaik dan Adibah juga sudah memaafkan segala kesalahan ibu dan ayah tirinya, Adibah disukai bukan hanya oleh teman-temannya tetapi dosen-dosen dikampusnya menyukai Adibah karna Adibah begitu pintar dan cerdas serta  pintar mengambil hati orang-orang didekatnya.

Adibah kini mendapatkan jati dirinya dengan ajaran islam , kini Adibah menunjukkan dirinya sebagai aktivis dakwah dikampusnya , kontribusi dakwahnya begitu besar, Adibah begitu banyak menuai perhatian dan kekaguman setiap mata, Adibah mudah mengambil hati orang untuk menuai  hidayah , tetapi Adibah hanyalah manusia biasa yang menjadi perantara orang mendapatkan hidayah dan Allahlah yang menjadi sebab seseorang tersebut mendapat hidayah.

Seiring berjalannya waktu , Adibah mendapat amanah yang begitu besar menjadi ketua dilembaga dakwah dikampusnya, tetapi hal itu tidak pernah membuat Adibah sombong justru segala kelebihan yang diberikan Allah kepadanya membuatnya semakin tawadhu, Adibah selalu bilang kepada anggota-anggotanya bahwa “mari tetap memperbaiki niat kita dek, karna bisa jadi orang yang kerjaannya dibagian dapur memasak makanan dengan ikhlas untuk setiap daurah adalah lebih mulia disisi Allah dari pada menjadi seorang pemimpin yang mempunyai sifat kesombongan didalam hatinya, ini nasihat untuk saya pribadi dan diri-diri kita karna setiap amalan apapun yang kita kerjakan ikhlaskan semua karna Allah dan buang sifat kesombongan dalam diri bukankah Rasulullah bersabda “tidak akan masuk surga orang yang mempunyai sifat sombong walaupun seberat biji dzarrah”. Menjadi pemimpin adalah ujian dari Allah , menjadi pemimpin juga berat pertanggung jawabannya karna setiap pemimpin pasti akan dimintai pertanggung jawaban bukan hanya didunia tetapi diakhirat kelak akan menuai sidang tentang apa yang dipimpingnya, oleh karna itu mari bekerjasama dengan kerja-kerja dakwah kedepannya, mari menyeru kepada kebaikan  dan mencegah kemungkaran seperti motto kita dalam QS Muhammad:7 mari bersama-sama kita bacakan “Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.



0 komentar:

Posting Komentar

Selasa, 30 Mei 2017

Jika saja ayah dan ibu tidak bercerai

Diposting oleh Unknown di 04.34
JIKA SAJA AYAH DAN IBU TIDAK BERCERAI
Oleh : Alya Rohalia

Ini adalah cerita tentang seorang gadis yang bernama Adibah.  Adibah adalah anak yang baik, sabar, pintar, cerdas,  aktif, dan bijaksana diusianya yang masih muda. Sejak kecil ibu dan ayah tirinya bercerai diumurnya yang masih sangat belia yaitu umur 5th dan kakaknya berumur 10th, ayah dan ibu kandungnya sekarang masing-masing telah menikah , dulu Adibah dan kakaknya mengikut dengan ibu kandung dan ayah tirinya namun karna ayah  tirinya tidak menyukai Adibah dan kakaknya akhirnya ibu kandung Adibah memberi hak asuh kepada saudaranya yaitu om Adibah, Adibah dan kakaknya diasuh sampai sekarang oleh om dan tantenya dengan penuh cinta dan sudah dianggap seperti anak sendiri.

Kebencian Adibah terhadap ibunya berlanjut sampai ia kuliah, sesekali ibu kandung Adibah menjenguk dia dan kakaknya namun kebencian didalam hatinya tak bisa ditepiskan , pernah suatu hari ibu Adibah menjenguknya:

“Nak ibu bawakan kamu makanan kesukaanmu , kata tantemu kamu sangat menyukai pecel dan ikan lele, ini ibu tumiskan dengan bumbu khas dari keluarga suami ibu” kata ibunya.

“Maaf bu, tapi Adibah lebih suka makan makanan masakan tante, masakan tante begitu enak,” Jawab Adibah.

“kamu jangan begitu Adibah, masakan ibumu tidak jauh lebih enak dari masakan tante, kamu saja belum mencobanya” kata tante Adibah.

“(sambil tersenyum) yaaa... udah kalau Adibah tidak mau makan ikan lele sama pecelnya ibu, ini ada oleh-oleh khas mandar yang dibawah suami ibu kemarin dari mamuju, kata suami ibu “berikan sebagian kepada Adibah, siapa tau dia menyukainya.” Kamu coba ya nak kuenya”. Kata ibu adibah sambil mengulurkan sepotong kue untuk Adibah.
“tumbengan, suami ibu begitu peduli dengan Adibah ? bukankah dia tidak suka dengan Adibah dan kakak ? kenapa dia begitu perhatian dan memberikan oleh-oleh ini kepada Adibah ?” jawab adibah dengan nada sinis.

“sudahlah nak, setiap manusia juga mempunyai hati nurani, tak selamanya hatinya selalu keras kadang ia bisa menjadi lunak, ibu pamit pulang dulu, jaga kesehatan, kamu jangan lupa makan agar penyakit maag kamu tidak kambuh, nurut sama om dan tante dan jangan melawan , belajar yang baik, nanti ibu kembali lagi menjenguk Adibah”. Kata Ibu Adibah sambil berdiri bersiap-siap untuk pamit.

“kakak ipar jangan khawatir, selama ini Adibah makannya baik dan selalu teratur, Adibah juga tiap malam rajin belajar sehingga nilainya selalu bagus , Adibah juga orangnya penurut sama om dan tantenya” Jawab tante Adibah.
(Sepulang nya ibu Adibah kerumah...)
“Adibah sayang, kamu kenapa kok ngomong seperti itu sama ibu sendiri ? hati ibu kamu pasti sedih :’( “ kata tante Adibah.

“tapi tante, apakah ibu Adibah tau kalau selama ini juga Adibah begitu sedih , bertahun-tahun Adibah menyimpan luka dan kesedihan Adibah semenjak ibu dan ayah bercerai.

“sudahlah sayang, tante mengerti apa yang Adibah rasakan serta ibu Adibah rasakan, jika saja saya berada diposisi ibu Adibah sekarang mungkin berat untuk memutuskannya, terlebih lagi ibu Adibah masih sangat sayang Adibah jika saja ibu Adibah tidak sayang sama Adibah dan kakak mungkin Adibah dan kakak sudah ditelantarkan dari dulu dipanti asuhan dan tidak diasuh oleh om dan tante,”jawab tantenya.
“tante... jika saja dulu ibu dan ayah tidak bercerai mungkin Adibah bisa hidup menjadi anak yang beruntung dan bahagia, dulu rumah Adibah begitu luas dan besar waktu ayah tiri dan ibu belum bercerai , saya dan kakak sering kejar-kejaran didalam rumah , ibu memasakan masakan kesukaan ayah, ketika ayah pulang dari bekerja, saya dan kakak berlarian kearahnya kemudian kami digendong dan makan malam bersama, ibu selalu memijat ayah, memanaskan air panas, ibu begitu memperhatikan ayah, tak lupa ketika ayah sedang libur kantor, ayah selalu mengajak kami liburan dikebun binatang, taman ataupun tempat-tempat rekreasi lainnya, saya masih ingat itu semua tante, saya merindukan kebersamaan itu, ayah setiap gajian selalu membelikan Adibah dan kakak mainan serta pakaian baru, jika saja waktu itu.....”. Kata Adibah sehingga membuat bulir air matanya terjatuh.`

“tapi sayang jika saja ayah dan ibumu tidak bercerai mungkin saja Adibah tidak akan menjadi sosok wanita yang kuat dan tangguh seperti sekarang ini. Adibah akan tumbuh menjadi anak yang manja, jadikan semua itu motivasi bagi Adibah untuk terus belajar dan berusaha sehingga membuat ayah dan ibu Adibah bangga begitupun om dan tante, tante yakin Adibah pasti sukses dalam hidup ”. Kata tante Adibah

“Tante benar juga, Jika saja ibu dan ayah tidak bercerai .....”ucap Adibah.

“Sini sayang mendekap sama tante”  kata tante sambil memeluk dan membelai pundak Adibah.

“tante... Adibah tidak tau apa-apa waktu itu, yang Adibah lihat ibu dan ayah saling bertengkar hebat, ibu mencoba pergi mengambil tas dan memasukkan baju-bajunya kedalam koper, ayah dengan nada setengah marah berusaha untuk tetap tenang dan mencegah ibu pergi namun usaha ayah sia-sia ibu tetap menginginkan cerai dan pergi”.

“yang sabar sayang”

“tante waktu itu, setiap kali ibu dan ayah bertengkar Adibah nangis dipojokan kamar dekat dengan WC saat itu kakak datang memeluk Adibah dan mencoba menenangkan Adibah seperti apa yang dilakukan tante sekarang, kami berdua saling memikirkan nasib kedepannya jika ayah dan ibu bercerai”

“tante paham apa yang Adibah rasakan, pasti itu sangat berat untuk Adibah tetapi masih banyak hal yang perlu Adibah syukuri , jangan sedih sayangku”

“ sungguh tante dan om sangat begitu baik kepada Adibah, Adibah begitu bersyukur tante dan om sudah seperti orang tua Adibah sendiri , Adibah tidak pernah kekurangan kasih sayang dan pendidikan, Adibah sudah mendapatkan itu semua dari om dan tante, tetapi tante kenapa orang tua begitu mudahnya untuk bercerai, jika saja mereka mencintai Adibah dan kakak pasti mereka berusaha mempertahankan rumah tangganya untuk anak-anaknya ?”

“sayangku, terkadang ada hal yang perlu kita mengerti, itu urusan orang tua dan tidak semua orang tua sama pemikirannya, cinta memang tak selamanya tumbuh sayang, terkadang ada titik kejenuhan dan konflik dalam urusan rumah tangga makanya sekuat apapun konflik yang menimpa dibutuhkan komitmen sejak awal untuk saling mempertahankan keutuhan rumah tangga, suatu saat Adibah pasti tau dan mengerti”.

“iya tante terima kasih untuk semuanya” kata Adibah sambil mengembangkan senyum dibibirnya.

“sama-sama sayang” jawab tante sambil membalas senyum Adibah.

Adibah memang anak yang berjiwa baik, tante dan om’nya adalah sosok yang agamis, om’nya adalah ketua dari salah satu ormas islam, selain itu om Adibah juga ketua para petani dikampungnya, Adibah dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang kental akan nilai agama tetapi masa remaja Adibah seperti kebanyakan anak-anak remaja yang lain yang masih dalam proses pencarian jati diri, Adibah juga berpacar-pacaran seperti anak seusianya tanpa ketahuan om dan tantenya, Adibah begitu aktif bergaul, mempunyai banyak teman baik itu laki-laki maupun perempuan, Adibah juga mencintai kebebasan dan tidak ingin dikekang seperti kebanyakan anak seusianya tetapi meskipun begitu Adibah tetaplah Adibah yang begitu dewasa dari usianya, ia pandai membatasi diri dan pandai memilih teman bergaul.

Adibah lulus murni di salah satu perguruan tinggi negeri dikota makassar dengan jalur beasiswa dan mengambil jurusan pertanian. Bukankah itu impian setiap orang ?. Adibah tak perlu khawatir dengan biaya kuliahnya karna mendapat tunjangan beasiswa dan kakaknya yang sudah lulus kuliah juga  sudah mulai bekerja dan selalu mengirim uang untuk keperluan harian Adibah .

Awal mulanya dikampus, Adibah dikenalkan dengan lembaga dakwah fakultas disanalah awal Adibah menuntut ilmu islam dilembaga internal tersebut meskipun bukan dari universitas islam, Adibah mudah belajar  bukan hanya ilmu dunia tetapi juga ilmu akhirat, seiring berjalannya waktu kini Adibah mulai hijrah meninggalkan semua kebiasaan-kebiasaan buruknya, Adibah mulai mengenakan pakaian syar’i dan meninggalkan kerudung pendeknya, Adibah kini mulai memutuskan pacarnya dan cintanya kini tertuju pada Allah, Adibah membatasi pergaulannya dengan lawan jenisnya, Adibah kini lebih taat dan konsisten serta isiqomah menjalani agamanya, Adibah mulai belajar menata hati, membuang segala sifat, benci, iri, dendam dll yang merusak hatinya selama bertahun-tahun menjadi sifat ikhlas, memaafkan, dan ridho akan ketentuannya.

Kini hubungan Adibah dan ibu kandungnya semakin membaik dan Adibah juga sudah memaafkan segala kesalahan ibu dan ayah tirinya, Adibah disukai bukan hanya oleh teman-temannya tetapi dosen-dosen dikampusnya menyukai Adibah karna Adibah begitu pintar dan cerdas serta  pintar mengambil hati orang-orang didekatnya.

Adibah kini mendapatkan jati dirinya dengan ajaran islam , kini Adibah menunjukkan dirinya sebagai aktivis dakwah dikampusnya , kontribusi dakwahnya begitu besar, Adibah begitu banyak menuai perhatian dan kekaguman setiap mata, Adibah mudah mengambil hati orang untuk menuai  hidayah , tetapi Adibah hanyalah manusia biasa yang menjadi perantara orang mendapatkan hidayah dan Allahlah yang menjadi sebab seseorang tersebut mendapat hidayah.

Seiring berjalannya waktu , Adibah mendapat amanah yang begitu besar menjadi ketua dilembaga dakwah dikampusnya, tetapi hal itu tidak pernah membuat Adibah sombong justru segala kelebihan yang diberikan Allah kepadanya membuatnya semakin tawadhu, Adibah selalu bilang kepada anggota-anggotanya bahwa “mari tetap memperbaiki niat kita dek, karna bisa jadi orang yang kerjaannya dibagian dapur memasak makanan dengan ikhlas untuk setiap daurah adalah lebih mulia disisi Allah dari pada menjadi seorang pemimpin yang mempunyai sifat kesombongan didalam hatinya, ini nasihat untuk saya pribadi dan diri-diri kita karna setiap amalan apapun yang kita kerjakan ikhlaskan semua karna Allah dan buang sifat kesombongan dalam diri bukankah Rasulullah bersabda “tidak akan masuk surga orang yang mempunyai sifat sombong walaupun seberat biji dzarrah”. Menjadi pemimpin adalah ujian dari Allah , menjadi pemimpin juga berat pertanggung jawabannya karna setiap pemimpin pasti akan dimintai pertanggung jawaban bukan hanya didunia tetapi diakhirat kelak akan menuai sidang tentang apa yang dipimpingnya, oleh karna itu mari bekerjasama dengan kerja-kerja dakwah kedepannya, mari menyeru kepada kebaikan  dan mencegah kemungkaran seperti motto kita dalam QS Muhammad:7 mari bersama-sama kita bacakan “Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.



0 komentar on "Jika saja ayah dan ibu tidak bercerai"

Posting Komentar

Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer