JIKA SAJA AYAH DAN IBU
TIDAK BERCERAI
Oleh : Alya Rohalia
Oleh : Alya Rohalia
Ini
adalah cerita tentang seorang gadis yang bernama Adibah. Adibah adalah anak yang baik, sabar, pintar, cerdas,
aktif, dan bijaksana diusianya yang
masih muda. Sejak kecil ibu dan ayah tirinya bercerai diumurnya yang masih
sangat belia yaitu umur 5th dan kakaknya berumur 10th, ayah dan ibu kandungnya
sekarang masing-masing telah menikah , dulu Adibah dan kakaknya mengikut dengan
ibu kandung dan ayah tirinya namun karna ayah tirinya tidak menyukai Adibah dan kakaknya
akhirnya ibu kandung Adibah memberi hak asuh kepada saudaranya yaitu om Adibah,
Adibah dan kakaknya diasuh sampai sekarang oleh om dan tantenya dengan penuh
cinta dan sudah dianggap seperti anak sendiri.
Kebencian
Adibah terhadap ibunya berlanjut sampai ia kuliah, sesekali ibu kandung Adibah
menjenguk dia dan kakaknya namun kebencian didalam hatinya tak bisa ditepiskan
, pernah suatu hari ibu Adibah menjenguknya:
“Nak
ibu bawakan kamu makanan kesukaanmu , kata tantemu kamu sangat menyukai pecel
dan ikan lele, ini ibu tumiskan dengan bumbu khas dari keluarga suami ibu” kata
ibunya.
“Maaf
bu, tapi Adibah lebih suka makan makanan masakan tante, masakan tante begitu
enak,” Jawab Adibah.
“kamu
jangan begitu Adibah, masakan ibumu tidak jauh lebih enak dari masakan tante,
kamu saja belum mencobanya” kata tante Adibah.
“(sambil
tersenyum) yaaa... udah kalau Adibah tidak mau makan ikan lele sama pecelnya
ibu, ini ada oleh-oleh khas mandar yang dibawah suami ibu kemarin dari mamuju,
kata suami ibu “berikan sebagian kepada Adibah, siapa tau dia menyukainya.”
Kamu coba ya nak kuenya”. Kata ibu adibah sambil mengulurkan sepotong kue untuk
Adibah.
“tumbengan,
suami ibu begitu peduli dengan Adibah ? bukankah dia tidak suka dengan Adibah
dan kakak ? kenapa dia begitu perhatian dan memberikan oleh-oleh ini kepada Adibah
?” jawab adibah dengan nada sinis.
“sudahlah
nak, setiap manusia juga mempunyai hati nurani, tak selamanya hatinya selalu
keras kadang ia bisa menjadi lunak, ibu pamit pulang dulu, jaga kesehatan, kamu
jangan lupa makan agar penyakit maag kamu tidak kambuh, nurut sama om dan tante
dan jangan melawan , belajar yang baik, nanti ibu kembali lagi menjenguk
Adibah”. Kata Ibu Adibah sambil berdiri bersiap-siap untuk pamit.
“kakak
ipar jangan khawatir, selama ini Adibah makannya baik dan selalu teratur, Adibah
juga tiap malam rajin belajar sehingga nilainya selalu bagus , Adibah juga
orangnya penurut sama om dan tantenya” Jawab tante Adibah.
(Sepulang
nya ibu Adibah kerumah...)
“Adibah
sayang, kamu kenapa kok ngomong seperti itu sama ibu sendiri ? hati ibu kamu
pasti sedih :’( “ kata tante Adibah.
“tapi
tante, apakah ibu Adibah tau kalau selama ini juga Adibah begitu sedih ,
bertahun-tahun Adibah menyimpan luka dan kesedihan Adibah semenjak ibu dan ayah
bercerai.
“sudahlah
sayang, tante mengerti apa yang Adibah rasakan serta ibu Adibah rasakan, jika
saja saya berada diposisi ibu Adibah sekarang mungkin berat untuk
memutuskannya, terlebih lagi ibu Adibah masih sangat sayang Adibah jika saja ibu
Adibah tidak sayang sama Adibah dan kakak mungkin Adibah dan kakak sudah
ditelantarkan dari dulu dipanti asuhan dan tidak diasuh oleh om dan tante,”jawab
tantenya.
“tante...
jika saja dulu ibu dan ayah tidak bercerai mungkin Adibah bisa hidup menjadi
anak yang beruntung dan bahagia, dulu rumah Adibah begitu luas dan besar waktu ayah
tiri dan ibu belum bercerai , saya dan kakak sering kejar-kejaran didalam rumah
, ibu memasakan masakan kesukaan ayah, ketika ayah pulang dari bekerja, saya
dan kakak berlarian kearahnya kemudian kami digendong dan makan malam bersama,
ibu selalu memijat ayah, memanaskan air panas, ibu begitu memperhatikan ayah,
tak lupa ketika ayah sedang libur kantor, ayah selalu mengajak kami liburan
dikebun binatang, taman ataupun tempat-tempat rekreasi lainnya, saya masih
ingat itu semua tante, saya merindukan kebersamaan itu, ayah setiap gajian
selalu membelikan Adibah dan kakak mainan serta pakaian baru, jika saja waktu
itu.....”. Kata Adibah sehingga membuat bulir air matanya terjatuh.`
“tapi
sayang jika saja ayah dan ibumu tidak bercerai mungkin saja Adibah tidak akan
menjadi sosok wanita yang kuat dan tangguh seperti sekarang ini. Adibah akan
tumbuh menjadi anak yang manja, jadikan semua itu motivasi bagi Adibah untuk
terus belajar dan berusaha sehingga membuat ayah dan ibu Adibah bangga
begitupun om dan tante, tante yakin Adibah pasti sukses dalam hidup ”. Kata
tante Adibah
“Tante benar juga, Jika
saja ibu dan ayah tidak bercerai .....”ucap Adibah.
“Sini
sayang mendekap sama tante” kata tante
sambil memeluk dan membelai pundak Adibah.
“tante...
Adibah tidak tau apa-apa waktu itu, yang Adibah lihat ibu dan ayah saling
bertengkar hebat, ibu mencoba pergi mengambil tas dan memasukkan baju-bajunya
kedalam koper, ayah dengan nada setengah marah berusaha untuk tetap tenang dan
mencegah ibu pergi namun usaha ayah sia-sia ibu tetap menginginkan cerai dan
pergi”.
“yang sabar sayang”
“tante
waktu itu, setiap kali ibu dan ayah bertengkar Adibah nangis dipojokan kamar
dekat dengan WC saat itu kakak datang memeluk Adibah dan mencoba menenangkan
Adibah seperti apa yang dilakukan tante sekarang, kami berdua saling memikirkan
nasib kedepannya jika ayah dan ibu bercerai”
“tante
paham apa yang Adibah rasakan, pasti itu sangat berat untuk Adibah tetapi masih
banyak hal yang perlu Adibah syukuri , jangan sedih sayangku”
“
sungguh tante dan om sangat begitu baik kepada Adibah, Adibah begitu bersyukur
tante dan om sudah seperti orang tua Adibah sendiri , Adibah tidak pernah
kekurangan kasih sayang dan pendidikan, Adibah sudah mendapatkan itu semua dari
om dan tante, tetapi tante kenapa orang tua begitu mudahnya untuk bercerai,
jika saja mereka mencintai Adibah dan kakak pasti mereka berusaha
mempertahankan rumah tangganya untuk anak-anaknya ?”
“sayangku,
terkadang ada hal yang perlu kita mengerti, itu urusan orang tua dan tidak
semua orang tua sama pemikirannya, cinta memang tak selamanya tumbuh sayang,
terkadang ada titik kejenuhan dan konflik dalam urusan rumah tangga makanya
sekuat apapun konflik yang menimpa dibutuhkan komitmen sejak awal untuk saling
mempertahankan keutuhan rumah tangga, suatu saat Adibah pasti tau dan mengerti”.
“iya
tante terima kasih untuk semuanya” kata Adibah sambil mengembangkan senyum
dibibirnya.
“sama-sama sayang” jawab
tante sambil membalas senyum Adibah.
Adibah
memang anak yang berjiwa baik, tante dan om’nya adalah sosok yang agamis,
om’nya adalah ketua dari salah satu ormas islam, selain itu om Adibah juga
ketua para petani dikampungnya, Adibah dibesarkan dalam lingkungan keluarga
yang kental akan nilai agama tetapi masa remaja Adibah seperti kebanyakan
anak-anak remaja yang lain yang masih dalam proses pencarian jati diri, Adibah juga
berpacar-pacaran seperti anak seusianya tanpa ketahuan om dan tantenya, Adibah
begitu aktif bergaul, mempunyai banyak teman baik itu laki-laki maupun
perempuan, Adibah juga mencintai kebebasan dan tidak ingin dikekang seperti
kebanyakan anak seusianya tetapi meskipun begitu Adibah tetaplah Adibah yang
begitu dewasa dari usianya, ia pandai membatasi diri dan pandai memilih teman
bergaul.
Adibah
lulus murni di salah satu perguruan tinggi negeri dikota makassar dengan jalur
beasiswa dan mengambil jurusan pertanian. Bukankah itu impian setiap orang ?.
Adibah tak perlu khawatir dengan biaya kuliahnya karna mendapat tunjangan
beasiswa dan kakaknya yang sudah lulus kuliah juga sudah mulai bekerja dan selalu mengirim uang
untuk keperluan harian Adibah .
Awal
mulanya dikampus, Adibah dikenalkan dengan lembaga dakwah fakultas disanalah
awal Adibah menuntut ilmu islam dilembaga internal tersebut meskipun bukan dari
universitas islam, Adibah mudah belajar bukan hanya ilmu dunia tetapi juga ilmu
akhirat, seiring berjalannya waktu kini Adibah mulai hijrah meninggalkan semua
kebiasaan-kebiasaan buruknya, Adibah mulai mengenakan pakaian syar’i dan
meninggalkan kerudung pendeknya, Adibah kini mulai memutuskan pacarnya dan
cintanya kini tertuju pada Allah, Adibah membatasi pergaulannya dengan lawan
jenisnya, Adibah kini lebih taat dan konsisten serta isiqomah menjalani
agamanya, Adibah mulai belajar menata hati, membuang segala sifat, benci, iri,
dendam dll yang merusak hatinya selama bertahun-tahun menjadi sifat ikhlas,
memaafkan, dan ridho akan ketentuannya.
Kini
hubungan Adibah dan ibu kandungnya semakin membaik dan Adibah juga sudah memaafkan
segala kesalahan ibu dan ayah tirinya, Adibah disukai bukan hanya oleh
teman-temannya tetapi dosen-dosen dikampusnya menyukai Adibah karna Adibah
begitu pintar dan cerdas serta pintar
mengambil hati orang-orang didekatnya.
Adibah
kini mendapatkan jati dirinya dengan ajaran islam , kini Adibah menunjukkan
dirinya sebagai aktivis dakwah dikampusnya , kontribusi dakwahnya begitu besar,
Adibah begitu banyak menuai perhatian dan kekaguman setiap mata, Adibah mudah
mengambil hati orang untuk menuai hidayah
, tetapi Adibah hanyalah manusia biasa yang menjadi perantara orang mendapatkan
hidayah dan Allahlah yang menjadi sebab seseorang tersebut mendapat hidayah.
Seiring
berjalannya waktu , Adibah mendapat amanah yang begitu besar menjadi ketua
dilembaga dakwah dikampusnya, tetapi hal itu tidak pernah membuat Adibah
sombong justru segala kelebihan yang diberikan Allah kepadanya membuatnya
semakin tawadhu, Adibah selalu bilang kepada anggota-anggotanya bahwa “mari
tetap memperbaiki niat kita dek, karna bisa jadi orang yang kerjaannya dibagian
dapur memasak makanan dengan ikhlas untuk setiap daurah adalah lebih mulia
disisi Allah dari pada menjadi seorang pemimpin yang mempunyai sifat
kesombongan didalam hatinya, ini nasihat untuk saya pribadi dan diri-diri kita
karna setiap amalan apapun yang kita kerjakan ikhlaskan semua karna Allah dan buang
sifat kesombongan dalam diri bukankah Rasulullah bersabda “tidak akan masuk
surga orang yang mempunyai sifat sombong walaupun seberat biji dzarrah”.
Menjadi pemimpin adalah ujian dari Allah , menjadi pemimpin juga berat
pertanggung jawabannya karna setiap pemimpin pasti akan dimintai pertanggung
jawaban bukan hanya didunia tetapi diakhirat kelak akan menuai sidang tentang
apa yang dipimpingnya, oleh karna itu mari bekerjasama dengan kerja-kerja
dakwah kedepannya, mari menyeru kepada kebaikan
dan mencegah kemungkaran seperti motto kita dalam QS Muhammad:7 mari
bersama-sama kita bacakan “Hai orang-orang yang beriman jika kamu menolong
(agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”.
0 komentar:
Posting Komentar