Jumat, 31 Agustus 2018

Mengapa menulis itu susah ?





Menulis adalah proses yang memakan waktu dan membuat otak terus bekerja mengutarakan pikiran dan isi hatinya namun tampaknya menulis itu adalah hal yang susah bagi sebagian yang lain, namun sebagian yang lain menjadikan menulis adalah hoby dan kesenangan seolah terlihat mudah namun sebenenarnya perlu pengorbanan, kesusahan, editan berkali-kali dan kerumitan yang luar biasa. Namun kalau sudah terbiasa insya Allah akan mengalir dengan sendirinya yang penting istiqomah biar sedikit-sedikit karna ketika kita berhenti akan sulit memulai kembali bahkan lupa sebaliknya jika diasah terus menerus maka akan semakin mahir.
Berikut ini adalah sebuah pertanyaan dalam pikiran saya sendiri atau mungkin kalian ingin mengetahui hal yang serupa “Mengapa orang tidak tertarik menulis?” atau “Mengapa menulis itu susah?”

1.      Menulis harus mempunyai banyak waktu.
Banyak dari kita enggang untuk menulis karna kesibukan, pikirnya penulis itu adalah tugas seorang pengangguran dan orang patah hati sehingga mendedikasikan waktunya untuk menulis padahal tidak juga, lihatlah Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Andrea Hirata, Uztad Felix Siauw dll yang terkenal itu dan beberapa pemateri yang saya tau dari training dulu mereka juga punya kesibukan lain seperti dosen, guru, aktivis dll namun masih menulis. Banyak diantara kita jika ditanya “mana buku hasil tulisannya ? kapan mau menulis ?” rata-rata menjawab “sibuk gak ada waktu.” padahal kesibukan itu akan terus berlanjut dan tidak berkesudahan. Writing,, if you have free time !

2.      Menulis bukan pekerjaan keren
Menjadi seorang penulis memang bukanlah hal yang utama, kalau dilihat dari KTP tidak ada orang yang mencamtunkan pekerjaannya sebagai seorang penulis,begitupun jika melamar seorang wanita tak ada calon mertua yang menganggap kalau menulis itu pekerjaan yang menjanjikan. Namun apa salahnya jika menulis sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan saat ini ? jika anda seorang guru atau dosen anda bisa menulis buku pelajaran, jika anda seorang public figure anda bisa menceritakan pengalaman hasil pencapaian dan lika liku kehidupan anda lewat sebuah tulisan sehingga bisa menginspirasi yang lain, atau jika anda seorang pengusaha anda bisa memberikan trik khusus membangun sebuah bisnis lewat sebuah tulisan, jika anda pengamat politik anda bisa membagikan opini melalui tulisan, jika anda mahasiswa atau siswa anda bisa menulis novel atau cerpen. jika anda kuliah diluar negeri anda bisa membagikan pengalaman dan budaya selama disana dan trik khusus berkuliah disana, is not impressive ?

3.      Tidak mempunyai Skill
Untuk menulis sebuah kata memang membutuhkan skill, perlu latihan berkali-kali, perlu melahap banyak bacaan, mempunyai banyak referensi, dan biasanya juga ditolak berkali-kali dan itu tak mudah menjadi seorang penulis. Adapun skill itu bisa diciptakan dengan ketertarikan dan hoby, jika kita berkumpul dengan orang-orang yang suka menulis ataupun sebuah komunitas khusus berkaitan kepenulisan kita akan ikut termotivasi dan menghasilkan sebuah karya bersama. Bukan hanya itu sebelumnya kita dibimbing bagaimana cara menulis yang baik sehingga skill itu akan terbentuk dengan sendirinya tentunya dengan latihan berkali-kali.

4.      Proses yang lama
Tak ada hasil tanpa proses, rata-rata seorang penulis buku yang saya dengar ceritanya memulai semuanya dari bawah ntah itu tulisannya dimuat di mading, majalah, koran, website terkenal itu sudah sangat membahagiakan sekali bagi mereka jika namanya dan tulisannya tertera disana atau mengikuti lomba-lomba berkaitan kepenulisan dan mendapat juara. Tapi itu tidak mudah menaklukkannya karna banyaknya pesaing sehingga karyapun tersingkirkan bahkan ada beberapa yang dibaca judulnya saja oleh penyeleksi ditolak jika memang tidak tertarik dilewatkan begitu saja dan biasanya memang sebab hal lain karna penempatan huruf dan tanda baca ataukah memang tulisan tidak menarik sama sekali. Nah, biasanya untuk penulis pemula rata-rata mereka mencari nama biar dikenal dulu sebelum menulis sebuah buku agar prosesnya lebih dimudahkan dan dikenali.

5.      Alur yang lama.
Jika kita sudah membuat buku dan siap untuk di publish maka penerbit biasanya memberi waktu tunggu 3-6 bulan untuk membaca naskah tersebut, karna banyaknya naskah-naskah lain sebelum akhirnya diputuskan ditolak atau diterima oleh penerbit mayor bahkan ada yang sama sekali tidak mendapatkan kejelasan apapun.

Sedikit perbedaan antara penerbit mayor dengan penerbit self-publishing jika penerbit mayor ini adalah penerbit terbesar dan bagusnya ini gratis, mereka yang mengatur cetakannya, mempublish buku sehingga karya kita bisa dikenal, kita hanya tinggal duduk-duduk saja menunggu komisi seberapa banyak buku yang sudah laku terjual itulah komisi yang akan kita dapatkan tentunya hasilnya dibagi dengan penerbit dan ini yang paling banyak diburu, berbeda dengan penerbit self-publishing yang berbayar karna kita yang mencetaknya sendiri, kita yang menjual dan mempromosikan buku hasil karya sendiri, dan biasanya untuk buku seperti ini tidak harus lolos tahap seleksi terlebih dahulu bahkan bisa diedit kembali oleh editornya atau dibuatkan sampul tergantung jika kita mempunyai biaya yang lebih dan hasil penjualan tetap ada ditangan kita. The matter I never to tried it but I hear and see this is problem for writer.

6.      Takut dikritik
Tak ada hasil sempurna tanpa dikritik terlebih dahulu, dan jikapun ada kesalahan pada tulisan ini silahkan dikritk.Namun biasanya penikmat bacaan tidak mempedulikan hal yang demikian yang penting baca, carilah ahli yang lebih senior dan mau membetulkan dan jikapun tidak mendapatkannya yang penting menulis dan biarkan penamu mengalir mengikuti pikiran dan hatimu. Ada sebuah alasan mengapa orang menggunakan nama pena saat menulis salah satunya karna takut dikritik tak mengapa menggunakan nama samaran selama itu bagus dan mau membangun, adapun alasan lain karna cukup tulisannya yang dikenali bukan orangnya, atau karna nama pena memang lebih keren, unik, ringkas jika digunakan dan mempunyai makna tersendiri bagi penulisnya contoh ; Tere Liye, Rindu Renata, N.H Dini, Dewi Dee, Pamusuk Nasution dll. Untuk hal yang ini saya kadang menggunakan nama pena Alya Al Mardhiyah atau AR singkatan nama saat ini tapi bukan sebuah buku karna ada buku yang berjudul AR tapi bukan saya yang tulis biar bagaimanapun kebanyakan tulisan saya memang tidak saya sertakan nama mungkin alasanya belum pede kali ya. . Perhaps, Next time I can tried self-confident ! Don’t following me because I just writing if  i have good mood, find ideas, good weather and free time.

7.      Orang lebih senang membaca gadget dari pada buku
Faktanya memang demikian orang diindonesia lebih senang baca gadget dari pada buku berbeda dengan orang luar negeri misalnya jepang, mereka menunggu antrian sembari membaca sebuah buku dan pantaslah jepang menjadi negara yang maju saat ini. Padahal buku dan gadget tingkat pemahamannya berbeda, buku menjelaskan sesuatu secara detail sedangkan gadget hanya menyajikan informasi pada saat itu juga. Meskipun banyak ebook digital yang tersedia namun pemahaman yg utuh, daya tangkap yang cerdas, kegiatan membaca yang santai dan tenang, ketertarikan menulis itu semua didapatkan dari buku. Meskipun saya jurusan IT yang selalu berhubungan dengan teknologi namun saya merasa khawatir jikalau nantinya buku akan dilindaz oleh zaman digantikan oleh pembaca gadget saat ini. Lalu kemanakah sang pembaca sejati yang mau membaca dan menulis buku ? *Jleebb.. nasehat pribadi.

Sebagai penutup ada sebuah motivasi semoga bisa menjadi inspirasi bersama yang mungkin saat ini lagi malas-malasnya menulis atau tak ada ketertarikan sama sekali untuk menulis.

“Menulislah sebelum namamu ditulis pada batu nisan”
~Unknown

“Kendati bukan satu-satunya jalan, menulis dapat mengejawatahkan eksistensi pelakunya. Dengan menulis orang sekaligus berekspresi, berkomunikasi dan yang paling penting meninggalkan jejak pikiran untuk masa yang tak terhingga. Wer liest, weib. Wer schreibt, bleibt.
~kata pribahasa jerman

“orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”
~Pramoedya Ananta Toer

“Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalamanmu sendiri”
~J.K Rowling

x

0 komentar:

Posting Komentar

Jumat, 31 Agustus 2018

Mengapa menulis itu susah ?

Diposting oleh Unknown di 22.21



Menulis adalah proses yang memakan waktu dan membuat otak terus bekerja mengutarakan pikiran dan isi hatinya namun tampaknya menulis itu adalah hal yang susah bagi sebagian yang lain, namun sebagian yang lain menjadikan menulis adalah hoby dan kesenangan seolah terlihat mudah namun sebenenarnya perlu pengorbanan, kesusahan, editan berkali-kali dan kerumitan yang luar biasa. Namun kalau sudah terbiasa insya Allah akan mengalir dengan sendirinya yang penting istiqomah biar sedikit-sedikit karna ketika kita berhenti akan sulit memulai kembali bahkan lupa sebaliknya jika diasah terus menerus maka akan semakin mahir.
Berikut ini adalah sebuah pertanyaan dalam pikiran saya sendiri atau mungkin kalian ingin mengetahui hal yang serupa “Mengapa orang tidak tertarik menulis?” atau “Mengapa menulis itu susah?”

1.      Menulis harus mempunyai banyak waktu.
Banyak dari kita enggang untuk menulis karna kesibukan, pikirnya penulis itu adalah tugas seorang pengangguran dan orang patah hati sehingga mendedikasikan waktunya untuk menulis padahal tidak juga, lihatlah Asma Nadia, Helvy Tiana Rosa, Andrea Hirata, Uztad Felix Siauw dll yang terkenal itu dan beberapa pemateri yang saya tau dari training dulu mereka juga punya kesibukan lain seperti dosen, guru, aktivis dll namun masih menulis. Banyak diantara kita jika ditanya “mana buku hasil tulisannya ? kapan mau menulis ?” rata-rata menjawab “sibuk gak ada waktu.” padahal kesibukan itu akan terus berlanjut dan tidak berkesudahan. Writing,, if you have free time !

2.      Menulis bukan pekerjaan keren
Menjadi seorang penulis memang bukanlah hal yang utama, kalau dilihat dari KTP tidak ada orang yang mencamtunkan pekerjaannya sebagai seorang penulis,begitupun jika melamar seorang wanita tak ada calon mertua yang menganggap kalau menulis itu pekerjaan yang menjanjikan. Namun apa salahnya jika menulis sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan saat ini ? jika anda seorang guru atau dosen anda bisa menulis buku pelajaran, jika anda seorang public figure anda bisa menceritakan pengalaman hasil pencapaian dan lika liku kehidupan anda lewat sebuah tulisan sehingga bisa menginspirasi yang lain, atau jika anda seorang pengusaha anda bisa memberikan trik khusus membangun sebuah bisnis lewat sebuah tulisan, jika anda pengamat politik anda bisa membagikan opini melalui tulisan, jika anda mahasiswa atau siswa anda bisa menulis novel atau cerpen. jika anda kuliah diluar negeri anda bisa membagikan pengalaman dan budaya selama disana dan trik khusus berkuliah disana, is not impressive ?

3.      Tidak mempunyai Skill
Untuk menulis sebuah kata memang membutuhkan skill, perlu latihan berkali-kali, perlu melahap banyak bacaan, mempunyai banyak referensi, dan biasanya juga ditolak berkali-kali dan itu tak mudah menjadi seorang penulis. Adapun skill itu bisa diciptakan dengan ketertarikan dan hoby, jika kita berkumpul dengan orang-orang yang suka menulis ataupun sebuah komunitas khusus berkaitan kepenulisan kita akan ikut termotivasi dan menghasilkan sebuah karya bersama. Bukan hanya itu sebelumnya kita dibimbing bagaimana cara menulis yang baik sehingga skill itu akan terbentuk dengan sendirinya tentunya dengan latihan berkali-kali.

4.      Proses yang lama
Tak ada hasil tanpa proses, rata-rata seorang penulis buku yang saya dengar ceritanya memulai semuanya dari bawah ntah itu tulisannya dimuat di mading, majalah, koran, website terkenal itu sudah sangat membahagiakan sekali bagi mereka jika namanya dan tulisannya tertera disana atau mengikuti lomba-lomba berkaitan kepenulisan dan mendapat juara. Tapi itu tidak mudah menaklukkannya karna banyaknya pesaing sehingga karyapun tersingkirkan bahkan ada beberapa yang dibaca judulnya saja oleh penyeleksi ditolak jika memang tidak tertarik dilewatkan begitu saja dan biasanya memang sebab hal lain karna penempatan huruf dan tanda baca ataukah memang tulisan tidak menarik sama sekali. Nah, biasanya untuk penulis pemula rata-rata mereka mencari nama biar dikenal dulu sebelum menulis sebuah buku agar prosesnya lebih dimudahkan dan dikenali.

5.      Alur yang lama.
Jika kita sudah membuat buku dan siap untuk di publish maka penerbit biasanya memberi waktu tunggu 3-6 bulan untuk membaca naskah tersebut, karna banyaknya naskah-naskah lain sebelum akhirnya diputuskan ditolak atau diterima oleh penerbit mayor bahkan ada yang sama sekali tidak mendapatkan kejelasan apapun.

Sedikit perbedaan antara penerbit mayor dengan penerbit self-publishing jika penerbit mayor ini adalah penerbit terbesar dan bagusnya ini gratis, mereka yang mengatur cetakannya, mempublish buku sehingga karya kita bisa dikenal, kita hanya tinggal duduk-duduk saja menunggu komisi seberapa banyak buku yang sudah laku terjual itulah komisi yang akan kita dapatkan tentunya hasilnya dibagi dengan penerbit dan ini yang paling banyak diburu, berbeda dengan penerbit self-publishing yang berbayar karna kita yang mencetaknya sendiri, kita yang menjual dan mempromosikan buku hasil karya sendiri, dan biasanya untuk buku seperti ini tidak harus lolos tahap seleksi terlebih dahulu bahkan bisa diedit kembali oleh editornya atau dibuatkan sampul tergantung jika kita mempunyai biaya yang lebih dan hasil penjualan tetap ada ditangan kita. The matter I never to tried it but I hear and see this is problem for writer.

6.      Takut dikritik
Tak ada hasil sempurna tanpa dikritik terlebih dahulu, dan jikapun ada kesalahan pada tulisan ini silahkan dikritk.Namun biasanya penikmat bacaan tidak mempedulikan hal yang demikian yang penting baca, carilah ahli yang lebih senior dan mau membetulkan dan jikapun tidak mendapatkannya yang penting menulis dan biarkan penamu mengalir mengikuti pikiran dan hatimu. Ada sebuah alasan mengapa orang menggunakan nama pena saat menulis salah satunya karna takut dikritik tak mengapa menggunakan nama samaran selama itu bagus dan mau membangun, adapun alasan lain karna cukup tulisannya yang dikenali bukan orangnya, atau karna nama pena memang lebih keren, unik, ringkas jika digunakan dan mempunyai makna tersendiri bagi penulisnya contoh ; Tere Liye, Rindu Renata, N.H Dini, Dewi Dee, Pamusuk Nasution dll. Untuk hal yang ini saya kadang menggunakan nama pena Alya Al Mardhiyah atau AR singkatan nama saat ini tapi bukan sebuah buku karna ada buku yang berjudul AR tapi bukan saya yang tulis biar bagaimanapun kebanyakan tulisan saya memang tidak saya sertakan nama mungkin alasanya belum pede kali ya. . Perhaps, Next time I can tried self-confident ! Don’t following me because I just writing if  i have good mood, find ideas, good weather and free time.

7.      Orang lebih senang membaca gadget dari pada buku
Faktanya memang demikian orang diindonesia lebih senang baca gadget dari pada buku berbeda dengan orang luar negeri misalnya jepang, mereka menunggu antrian sembari membaca sebuah buku dan pantaslah jepang menjadi negara yang maju saat ini. Padahal buku dan gadget tingkat pemahamannya berbeda, buku menjelaskan sesuatu secara detail sedangkan gadget hanya menyajikan informasi pada saat itu juga. Meskipun banyak ebook digital yang tersedia namun pemahaman yg utuh, daya tangkap yang cerdas, kegiatan membaca yang santai dan tenang, ketertarikan menulis itu semua didapatkan dari buku. Meskipun saya jurusan IT yang selalu berhubungan dengan teknologi namun saya merasa khawatir jikalau nantinya buku akan dilindaz oleh zaman digantikan oleh pembaca gadget saat ini. Lalu kemanakah sang pembaca sejati yang mau membaca dan menulis buku ? *Jleebb.. nasehat pribadi.

Sebagai penutup ada sebuah motivasi semoga bisa menjadi inspirasi bersama yang mungkin saat ini lagi malas-malasnya menulis atau tak ada ketertarikan sama sekali untuk menulis.

“Menulislah sebelum namamu ditulis pada batu nisan”
~Unknown

“Kendati bukan satu-satunya jalan, menulis dapat mengejawatahkan eksistensi pelakunya. Dengan menulis orang sekaligus berekspresi, berkomunikasi dan yang paling penting meninggalkan jejak pikiran untuk masa yang tak terhingga. Wer liest, weib. Wer schreibt, bleibt.
~kata pribahasa jerman

“orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis ia akan hilang didalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”
~Pramoedya Ananta Toer

“Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalamanmu sendiri”
~J.K Rowling

x

0 komentar on "Mengapa menulis itu susah ?"

Posting Komentar

Cute Bow Tie Hearts Blinking Blue and Pink Pointer